Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan memang Indonesia sedang kekurangan aktris & aktor. Kriteria aktris dan aktor yang dibutuhkan adalah memiliki kualitas akting yang bagus serta populer dan disukai masyarakat.
Seorang aktirs dan aktor, menurut Triawan, harus menjadi otentik. Ia perlu tekun dan serius dalam menjalani seni peran secara mendalam. Triawan menyayangkan bahwa Indonesia masih kurang sekolah-sekolah film yang bermutu.
"Di Undang-Undang Investasi Pendidikan untuk membuka pendidikan luar negeri di Indonesia kan enggak boleh. Walaupun kita sudah buka investasi di film tapi kalau dari segi Undang-Undang pendidikanya belum boleh kan enggak bisa," ucap Triawan Munaf kepada CNBC Indonesia di Kantor Bekraf beberapa waktu lalu.
"Nanti saya harapkan New York Film Academy atau sekolah film di India bisa buka di Indonesia dengan metode-metode yang sudah teruji," tambahnya.
Foto: Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf saat ditemui di kantornya (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
|
Bagi aktris Marcella Zalianty, aktris & aktor film Indonesia membutuhkan regenerasi. Ekosistem seni peran menurutnya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi, terlebih soal pendidikan seni peran bagi para talent.
"Walaupun kita sudah punya institusi pendidikan yang cukup baik. Di bangku sekolah menurut saya harus mulai ada semacam ekstrakurikuler atau kurikulumnya karena ekonomi kreatif kita kan udah cukup seksi. Artinya, dipersiapkan anak mudanya menjadi kreator. Ibarat sebuah bengkel, bukan jadi pekerja bengkel tapi yang punya bengkel," kata Marcella Zalianty, aktris sekaligus Ketua Umum PARFI pada CNBC Indonesia di TIM, Jakarta (28/3/2019).
Foto: infografis/infografis sejarah perfilman indonbesia/Aristya Rahadian Krisabella
|
Di Amerika Serikat, pendidikan formal aktris & aktor, seperti di Yale, Harvard, atau Stanford, menjadi pendukung industri perfilman. Sedangkan di Indonesia, menurut produser Fauzan Zidni, masih belum ada instansi atau universitas yang menghadirkan pendidikan Master of Fine Arts yang jurusannya performing art.
"Banyak aktor yang menang Oscar, mereka lulusan jurusan Performing Arts di kampus 10 besar dunia. Mereka bukan hanya berasal dari teater kampus atau sekolah, itu kan ekstrakurikuler, tapi mereka masuk ke pendidikan formal," kata Fauzan Zidni pada CNBC Indonesia di Setiabudi One beberapa waktu lalu.
"Mungkin tanpa pendidikan formal itu kita bisa melahirkan aktor yang hebat namun terbatas. Bayangkan kalau ada sistem pendidikan formal. Berapa banyak akris & aktor yang berkualitas," ujarnya.
Saat ini, menurut Fauzan, para aktris & aktor dilahirkan secara alami karena ada pasar dan permintaan untuk posisi aktris & aktor. Mereka mulai dari sinetron FTV atau dari teater kemudian merambah ke film.
Selain itu, menerjemahkan buku-buku seni peran dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia paling mungkin dilakukan sekarang untuk memberikan pendidikan pada para talent profesional maupun pemula.
"Kita perlu menerjemahkan buku-buku tentang film ke dalam Bahasa Indonesia. Itu mempermudah sistem pendidikan kita untuk transfer knowledge," kata Fauzan.
"Dan jika itu terjual ke masyarakat umum, yaitu orang-orang yang tidak masuk ke sekolah film juga dapat mengaksesnya. Mengapa perlu diterjemahkan? Karena tingkat literasi masyarakat kan terbatas. Dan itu enggak mahal kok," ucap Fauzan."
Saksikan video mengenai sejarah perfilman Indonesia berikut ini.
(prm)
https://ift.tt/2Wuw5Sa
April 01, 2019 at 12:06AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Benarkah Indonesia Kekurangan Aktris dan Aktor Film?"
Post a Comment