Search

Inalum Siap Beli Saham PTBA, AirAsia Rugi Hampir Rp 1 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menjalani periode yang cukup berat pada pekan lalu. Semua karena embusan isu resesi di Amerika Serikat (AS).

Akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan pelemahan sebesar 0,19% ke level 6.468,75 pada Jumat (29/3/2019). Performa IHSG berkebalikan dengan mayoritas bursa saham utama di Asia yang ditransaksikan menguat: indeks Hang Seng menguat 0,96%, indeks Kospi menguat 0,59%. Indeks Nikkei dan Straits Times menguat masing masing 0,82% dan 0,32%. Sedangkan, indeks Shanghai Komposit menguat signifikan sebesar 3,20%.


Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Senin (1/4/2019), dibuka.

1. Inalum Akan Beli Saham Treasury PTBA
PT Inalum (Persero) berencana menambah kepemilikan saham di PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan membeli saham hasil buyback atau saham treasury milik PTBA.

"Dari treasury stock. Penawarannya nanti ke market ya tergantung nanti seperti apa," kata Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin kepada CNBC Indonesia, Minggu (31/3/2019).

Saat ini, Inalum memegang 65% saham PTBA sementara sisanya dimiliki oleh publik. Arviyan tidak menyebut berapa penambahan jumlah saham yang akan dimiliki Inalum nantinya.

2. Baru 140 Emiten Lapor Kinerja, Sektor Tambang Paling Positif
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat baru 140 emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangan tahun 2018. Jumlah tersebut merepresentasikan sebesar 25% dari total emiten yang tercatat di bursa sebanyak 558 emiten.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan emiten masih memiliki waktu sampai dengan dua hari ke depan untuk merilis laporan keuangan.

"Dari total 140 emiten tercatat laba bersih bertambah sebesar 8% atau setara dengan Rp 19 triliun. Total laba naik dari Rp 230 triliun menjadi Rp 248 triliun," kata Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/3/2019).

3. Saham Bank BRI Cetak Rekor Tertinggi Lagi
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau Bank BRI pada perdagangan Jumat akhir pekan ini (29/3/2019) kembali menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah bank ini tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data BEI mencatat, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga saham BRI naik 0,49% ke level Rp 4.120/saham.

Harga saham tersebut merupakan level harga tertinggi sejak bank dengan aset terbesar di Indonesia ini melantai di BEI pada 31 Oktober 2003. Volume transaksi saham BRI hari ini mencapai 146,27 juta saham senilai Rp 600,93 miliar. Sementara itu, net buy (aksi beli bersih) investor asing pada saham BBRI hari ini mencapai Rp 310,78 miliar.

Secara year to date, harga saham BRI tercatat naik 12,57%, sedangkan net buy asing pada periode yang sama mencapai Rp 6,54 triliun. Kenaikan harga saham BBRI tersebut membuat nilai kapitalisasi saham BRI mencapai Rp 508,18 triliun.

4. Kenapa Divestasi Vale Tak Kunjung Ada Keputusan? Ini Jawabnya
Setelah PT Freeport Indonesia selesai melepas saham hingga menjadi 51% milik Indonesia, kini giliran PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang akan memulai divestasi. Namun, sampai saat ini, progres divestasi masih menggantung.

Pihak-pihak terkait, seperti Kementerian BUMN dan Vale Indonesia sendiri mengaku masih menunggu keputusan dari Kementerian ESDM dalam hal divestasi tersebut, untuk kemudian mengambil langkah berikutnya.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Mineral dan Batu bara Kementerian ESDM Yunus Saefulhak menjelaskan, rupanya pihak Vale belum menyampaikan surat penawaran, yang disampaikan baru surat pemberitahuan akan divestasi. "Dia (Vale) itu belum secara resmi sampaikan 'ini loh penawaran (divestasi)', belum ada angkanya. Itu baru semacam surat pemberitahuan saja kalau mereka mau divestasi," jelas Yunus saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (29/3/2019).

5. Harga Avtur Bikin AirAsia Indonesia Merugi Hampir Rp 1 T
Emiten Maskapai Berbiaya Murah (Low Cost Carrier/LCC), PT Air Asia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan kerugian hingga Rp 907,29 miliar, hampir dua kali lipat dari kerugian tahun 2017 yang sebesar Rp 512,64 miliar. Ini artinya selama 4 tahun terakhir, Air Asia Indonesia belum pernah mencatatkan keuntungan.

Meskipun pendapatan usaha perusahaan berhasil tumbuh 10,87% year-on-year (YoY) menjadi Rp 4,34 triliun, namun beban pokok pendapatan perusahaan mencatatkan nilai yang lebih besar dibanding pendapatan. Padahal tahun 2017 Air Asia masih setidaknya berhasil mencatatkan laba kotor sebesar Rp 378.5 miliar atau setara dengan marjin kotor senilai 10%.

Total beban usaha Air Asia di tahun 2018 naik 123,32% YoY menjadi Rp 5,22 triliun dari yang sebelumnya Rp 3,44 triliun. Momok melesatnya beban usaha perusahaan adalah karena lonjakan signifikan pada biaya bahan bakar dan beban operasional lainnya.yang tumbuh masing-masing 53,17% dan 73,24% YoY. (prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2OAJd5C
April 01, 2019 at 03:13PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Inalum Siap Beli Saham PTBA, AirAsia Rugi Hampir Rp 1 T"

Post a Comment

Powered by Blogger.