Di awal tahun, tercatat kinerja ekspor Indonesia hanya mencapai US$ 13,87 miliar sedangkan impornya jauh lebih besar, yakni US$ 15,03 miliar.
"Kalau lihat neraca perdagangan masih mengalami defisit bulan ini, BPS akan umumkan trade balance besok, perkiraan saya masih akan defisit, bulan lalu US$ 1,2 milliar, bisa ke US$ 700-800 juta, tapi masih akan defisit," kata Chatib saat menjadi pembicara dalam acara diskusi ekonomi dan politik 2019 di Bursa Efek Indonesia, Kamis (14/3/2019).
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY), impor naik tipis 0,4% YoY, dan neraca perdagangan minus US$ 841 juta.
![]() |
Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu menjelaskan, defisit terjadi lantaran Indonesia masih membutuhkan impor untuk mengimpor bahan baku dan barang modal untuk aktivitas produksi di dalam negeri.
"Saya katakan 90% masih butuh bahan baku, kalau impor dilarang tak ada mesin, tak ada bahan baku, tak ada produksi, kita masih butuh waktu kalau current account surplus," ujar dia.
Karena itu, ia menilai pada tahun ini masih sulit untuk mengatakan transaksi berjalan akan berada di level 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto, karena Indonesia masih akan menghadapi tantangan harga komoditas yang masih akan bergejolak, belum lagi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
"Jadi memang akan sangat tergantung dari apa yang terjadi sama China dan harga-harga komoditas, tidak mudah bicara CAD yang jauh lebih rendah," ujar dia.
(dru)
https://ift.tt/2Jbhsl1
March 15, 2019 at 12:43AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Chatib Basri: Neraca Dagang Februari Defisit US$ 800 Juta"
Post a Comment