
Padahal, tahun sebelumnya Latinusa masih mencatatkan laba bersih sebesar US$ 1,35 juta atau sekitar Rp 18,90 miliar.
Kerugian itu tersebut disebabkan besarnya selisih kurs di tahun lalu lantaran melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (26/3/2019), perusahaan mencatatkan rugi selisih kurs sebesar US$ 2,34 juta, membengkak 1.819% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$121.000.
Beban pokok juga tercatat naik sebesar 9,31% menjadi US$ 154,76 juta atau sebesar Rp 2,16 triliun dari tahun sebelumnya US$ 141,57 juta atau sekitar Rp 1,98 triliun.
Sepanjang tahun lalu, perusahaan membukukan pendapatan US$ 163 juta atau sebesar Rp 2,28 triliun, meningkat 7,47% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 151 juta atau Rp 2,12 triliun.
Dari sisi aset, tahun 2018 tercatat US$ 147,77 juta, meningkat dari tahun sebelumnya US$ 126,12 juta. Hingga akhir Desember lalu, ekuitas NIKL tercatat US$ 43,05 juta dari tahun sebelumnya US$ 41,64 juta.
Data BEI mencatat saham NIKL pada perdagangan Selasa ini ditutup di level Rp 3.090/saham atau melemah 0,64% dengan kapitalisasi pasar Rp 7,80 triliun. Secara year to date, saham NIKL melemah 14,17%.
(tas)
https://ift.tt/2UXwOuW
March 27, 2019 at 12:30AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Keok Lawan Dolar AS, Latinusa Rugi Rp 21 M"
Post a Comment