
Pada Senin (18/5/2019) pukul 13:22 WIB, US$ 1 setara dengan EUR 1,335. Euro menguat 0,09% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Bahkan bukan tidak mungkin Jerome 'Jay' Powell dan kolega menurunkan Federal Funds Rate, meski tidak dalam waktu dekat.
Pasalnya, tanda-tanda perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam semakin terlihat. Akhir pekan lalu, data indeks aktivitas manufaktur wilayah New York menunjukkan pelambatan yang signifikan.
Angka pembacaan awal Maret tercatat 3,7, turun dari Februari sebesar 8,8, dan menjadi yang terendah sejak Mei 2017.</span> Pasca rilis data tersebut, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, yang biasanya menjadi indiktor kenaikan suku bunga The Fed, bergerak turun ke 2,58%. Imbal hasil tersebut menjadi yang terendah sejak 4 Januari lalu.
Faktor-Faktor tersebut membuat dolar AS tertekan, meski memasuki perdagangan sesi Eropa tekanan terlihat masih belum kuat. Pelaku pasar mungkin masih berhati-hati menyikapi situasi.
Dalam pengumuman kebijakan moneter kali ini, The Fed juga akan memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Jika The Fed menunjukkan sikap dovish, atau bahkan membuka peluang penurunan suku bunga, tekanan terhadap dolar AS akan semakin menguat.
Sikap tersebut sama dengan yang ditunjukkan oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB) 2 pekan lalu, yang membuat euro terjun hampir 150 poin dalam satu hari perdagangan menjadi 1,1175 ( terendah sejak 26 Juni 2017).</span> Sejak menyentuh level tersebut pada 7 Maret, euro perlahan bergerak naik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps)
https://ift.tt/2HDCVk3
March 18, 2019 at 08:35PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Nyungsep di Eropa"
Post a Comment