Search

Kritikan Trump dan Harga Minyak Masih Bebani Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang siang, Senin (4/3/2019). Hingga pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.140. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (2/3/2019) kembali mengkritik bank sentral AS, Federal Reserve atau the Fed, yang terlalu hawkish alias agresif. Trump mengatakan kebijakan moneter the Fed yang terlalu ketat berkontribusi terhadap dolar yang kuat dan merusak daya saing AS.

"Kami memiliki orang yang lebih suka dolar yang sangat kuat di The Fed," kata Trump pada Conservative Political Action Conference tahunan di Oxon Hill, Maryland. "Saya ingin dolar yang kuat, tetapi saya ingin dolar yang bagus untuk negara kita, bukan dolar yang begitu kuat sehingga kita dilarang berurusan dengan negara lain," katanya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (03/03/2019).


Gubernur the Fed Jerome Powell mengatakan dia tidak akan terpengaruh oleh tekanan politik. Bahkan Powell memberikan pernyataan jelas tentang independensi The Fed pada awal Januari lalu ketika dia menegaskan tidak akan mengundurkan diri bahkan jika Trump memintanya untuk melakukannya.
Rupiah Tertekan Karena The Fed dan Kenaikan Harga Minyak Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (REUTERS/Leah Millis)

Adanya laporan pada pertengahan Desember tahun lalu bahwa Trump melakukan pembahasan dengan para penasihatnya mengenai kelayakan memecat Powell setelah The Fed menaikkan suku bunga lagi.

Penguatan dolar AS tersebut tentu akan menekan mata uang lain termasuk rupiah. Apalagi beban penguatan rupiah juga terbendung kenaikan harga minyak. Pada pukul 10:05 WIB, harga minyak jenis Brent untuk patokan pasar Asia dan Eropa naik 0,43% dan lightsweet atau West Texas Intermediate juga naik 0,45%.


Kenaikan harga minyak tersebut dipicu hubungan AS-China yang kembali harmonis. Mengutip Wall Street Journal, beberapa sumber di lingkaran dalam pemerintah China mengungkapkan bahwa Beijing bersedia untuk menurunkan bea masuk dan mengurangi hambatan masuknya produk-produk pertanian, farmasi, otomotif, dan lain-lain asal AS.

Selain itu, para sumber tersebut juga menyebutkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan ditandatangani pada 27 Maret. Sebagai bagian dari kesepakatan dagang, China berkomitmen untuk membeli gas alam senilai US$ 18 miliar dari Cheniere Energy yang berbasis di Houston, Texas.

Sikap China ini merupakan 'balas budi' terhadap kebijakan AS yang menunda kenaikan tarif bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Penundaan ini akan dituangkan dalam peraturan pemerintah yang terbit pada Kamis pekan ini waktu Washington.

(yam/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2XJNqYW
March 04, 2019 at 06:05PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kritikan Trump dan Harga Minyak Masih Bebani Rupiah"

Post a Comment

Powered by Blogger.