Search

Laba Chandra Asri Bakal Tertekan di 2019, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menyebutkan kinerja perusahaan, termasuk laba bersih masih akan tertekan tahun ini seiring dengan sentimen eksternal dan internal perusahaan.

Dua sentimen yang dimaksud yakni tingginya harga minyak mentah dunia dan penghentian sementara operasional pabrik dalam rangka perawatan rutin.

Direktur Chandra Asri Suryandi mengatakan faktor harga minyak penting karena berpengaruh pada harga naphta cracker atau bahan baku petrokimia.

"Di 2019 bottom line [laba bersih] akan turun, karena harga minyak masih di level US$ 60-US$ 68 per barel dan general maintenance [perawatan pabrik perusahaan]," kata Suryandi di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (28/3).


Dia mengatakan mulai Agustus mendatang, perseroan akan menghentikan sementara pabrik selama 55 hari yang bakal berdampak pada penurunan produksi. Namun demikian, menurut Suryandi, Chandra Asri akan menjaga penurunan produksi tahun ini tak lebih dari 5%.

Namun dia menegaskan penurunan produksi dari pabrik ini, akan terkompensasi dengan mulai beroperasinya pabrik polymer, yakni polyethylene yang kapasitasnya naik menjadi 400.000 ton/tahun dari 300.000 ton/tahun dan polypropylene yang naik menjadi 590.000 ton/tahun dari 480.000 ton/tahun.

"Jadi di tahun ini ada peningkatan kapasitas produksi dari 3,3 juta ton/tahun menjadi 3,5 juta ton/tahun yang akan selesai akhir November, ini dipercepat dari perkiraan sebelumnya di akhir 2019," terang dia.

Sepanjang tahun lalu, laba bersih Chandra Asri turun 42,98% menjadi US$ 181,65 juta atau setara dengan Rp 2,54 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari tahun sebelumnya US$ 318,62 juta. Dengan pendapatan yang naik tipis 5,15% menjadi US$ 2,54 miliar dari tahun sebelumnya senilai US$ 2,41 miliar.

Suryandi menjelaskan, penurunan ini disebabkan karena rendahnya produksi karena penutupan terencana dari pabrik butadiene selama 90 hari, kegiatan operasional terjadwal untuk revamp furnace dan turn-around maintenance dari pabrik stryne monomer.

Tahun ini, TPIA menganggarkan belanja modal (capex) senilai US$ 465 juta (sekitar Rp 6,51 triliun). Jumlah ini naik dari realisasi penggunaan capex tahun lalu yang senilai US$ 354 juta (Rp 5,02 triliun), atau sebesar 31,35%. 

(tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2I34FPc
March 29, 2019 at 01:34AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Laba Chandra Asri Bakal Tertekan di 2019, Ini Pemicunya"

Post a Comment

Powered by Blogger.