
Pada Jumat (15/3/2019) pukul 09:48 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.290. Melemah 0,2% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Depresiasi rupiah semakin tebal, karena saat pembukaan 'cuma' melemah 0,13%.
Padahal ada sentimen yang semestinya positif buat rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada Februari turun 11,33% year-on-year (YoY) sementara impor anjlok lebih dalam yaitu 13,98% YoY.
Ini membuat neraca perdagangan mencatat surplus US$ 330 juta. Realisasi data Februari jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 841 juta.
Dengan begitu, neraca perdagangan batal mencatat defisit selama 5 bulan beruntun. Rekor terpanjang masih 4 bulan berturut-turut, yang kali terakhir terjadi pada Agustus-November 2014.
Data ini memberi harapan transaksi berjalan (current account) kuartal I-2019 bisa membaik. Ada peluang defisit transaksi berjalan tidak sedalam kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit transaksi berjalan yang membaik tentunya positif bagi rupiah. Mata uang Tanah Air akan ditopang oleh devisa yang lebih baik sehingga punya lebih banyak ruang untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
https://ift.tt/2HyVy8L
March 15, 2019 at 04:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Dagang Surplus, Kok Rupiah Malah Melemah?"
Post a Comment