Resesi AS Berpotensi Picu Profit Taking Pasar Obligasi RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi akan melemah pada perdagangan di awal pekan ini akibat memanasnya isu Brexit.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya hari ini (25/3/19) mengatakan posisi politik Perdana Menteri Inggris Theresa May akan melemah di awal pekan ini.

"Theresa May akan menghadapi posisi politiknya yang mulai melemah pada hari Senin ini, ketika anggota parlemen terpilih dari Inggris mulai bergerak untuk mengambil alih kebijakan Brexit, dan para Menteri dalam kabinet May mulai merencanakan untuk menggulingkannya," ujar Nico.

Pekan ini bertepatan dengan akhir deadline awal dari Uni Eropa terkait dengan batas akhir perjanjian Brexit, meskipun Uni Eropa menegaskan sudah memberikan waktu perpanjangan hingga 12 April.

Karena itu, Nico dan tim Pilarmas merekomendasikan jual hari ini dengan volume kecil hingga menengah.

Selain perkembangan Brexit, pertemuan delegasi damai dagang China-Amerika Serikat (AS) mulai hari ini akan menjadi perhatian pasar.

"Diharapkan dalam pertemuan tersebut dapat berjalan dengan baik agar sekiranya pada bulan depan di akhir April, kesepakatan dapat terwujud sesuai dengan target dan harapan para pelaku pasar."

Selain kedua faktor tersebut, faktor inversi kurva imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS juga sedang ramai diperbincangkan di pasar karena semakin menunjukkan adanya ketakutan investor terhadap potensi resesi di AS.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield tenor seri lebih pendek dibandingkan dengan seri lebih panjang, yang menunjukkan kecenderungan investor untuk memburu tenor lebih panjang dibanding tenor lebih pendek.

Kondisi inversi tersebut dapat memutar terbalik kurva yield obligasi dari yang normalnya linear dan datar sehingga mebentuk kurva U.

Kondisi ini sukses mengkhawatirkan bagi investor sehingga dapat berpengaruh ke pasar obligasi rupiah pemerintah hari ini. (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)