Untuk mendapatkan anime, Ponimu berbicara pada lisensor. Baru kemudian negosiasi harga sampai deal. Namun proses itu tidak mudah karena ada dua tembok yang harus dilewati. Pertama menemukan kontak yang tepat. Kedua kesepakatan harga yang sering berat sebelah.
"Pertama kita harus tahu kontaknya siapa. Jadi anime ini punya international rights-nya siapa kita harus tau. Jadi misalnya yang produksi anime A ini produksi B,C,D,F (komite). Nah yang pegang internasional rights untuk B,C,D,F itu siapa kita harus tahu. Itu tergantung animenya. Kalo yang besar kaya misalnya Aniplex," kata Marco pada CNBC Indonesia (13/3/2019).
Namun selain Aniplex sebagai pemegang internasional rights ada juga agen-agen yang menawarkan lisensi. Biasanya para agen tersebut mengambil margin lebih besar, bisa 20-30 persen dari harga langsung. Untuk Ponimu sendiri menurut Marco sudah mendapatkan direct price untuk lisensi anime karena sudah mempunyai jalur ke pemegang hak lisensi internasional.
![]() |
Marco tidak bisa menyebutkan angka yang dikeluarkan untuk bayar satu lisensi resmi. Walaupun sudah menjadi rahasia umum di para penjual dan pembeli lisensi.
"Itu tidak bisa kita buka sih. Biarpun sebetulnya angkanya udah ketahuan sama yang main lisensi. Tapi itu rahasia umum, misalnya Amazon, Netflix, Crunchyroll itu udah pada tau semua harganya. Cuman tidak pernah di-discus secara publik karena nggak etis," ujarnya.
Bagi konsumen lisensi, keberadaan agen ialah penting. Karena mereka membantu pembeli lisensi yang tidak mempunyai kontak pemegang hak lisensi internasional.
Walaupun sang pembeli sudah mempunyai kontak langsung dengan pemilik hak lisensi internasional kerap kali tetap membutuhkan jasa agen juga. Karena agen bisa mengurus form DGT dan berkas pajak lainya.
![]() |
"Jadi orang Indonesia mengira anime itu murah. Sedangkan orang jepang merasa anime produk mahal. Harga yang ditawar dari Indonesia cuman 10-20 persen harga yang di expect Jepang. Lalu, Anime di Indonesia sempat hilang di tayangan TV. Saya melihat beberapa kolega di Jepang malas menjual ke Indonesia karena hal-hal tersebut," kata Marco.
Tetapi keadaan sekarang sudah berbeda. Komunitas sudah berkembang dan TV sudah mulai terbuka lagi dengan iklim bisnis anime menurut Marco. Ini dimulai sejak tahun 2013, ketika fiber optic masuk ke Indonesia karena kecepatan internet menjadi momentum iklim bisnis anime di Indonesia.
Di sisi lain, salah satu admin web streaming sub indo gratis bernama Tahti (bukan nama asli) mengutarakan bahwa dirinya mendapatkan sumber anime dari download torrent anime.
Pun Ki-Kun (bukan nama sebenarnya) sebagai salah satu admin fanpage anime juga mengatakan bahwa para admin streaming anime biasanya mendapatkan sumber dari hasil download torrent.
"Kalau yang ada di beberapa situs itu kan sumber segala macam bajakan. Dia rata-rata bawaannya RAW (mentah). Ya kopong nggak apa-apa, belum ada subtitlenya. Dia itu bisa di download setelah beberapa jam dari jepang rilis. Tinggal download pake torrent," kata Ki-Kun pada CNBC Indonesia (11/3/2019).
Ki-Kun kemudian menambahkan bahwa memang streaming anime berbayar adalah salah satu cara untuk menghargai karya seseorang. "Gua sih merasa kalo misalnya harus bayar sih harus bayar walaupun kecil. Tapi bisa menghargai mereka yang udah bayar lisensi. Patungan lah misalnya 75 ribu satu bulan," katanya.
(dru)
https://ift.tt/2TdncdX
March 17, 2019 at 03:25AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Begini Caranya Streaming Anime Sub Indo Mendapatkan Sumber"
Post a Comment