
Tahun ini situasinya berbeda. Sejak awal tahun, rupiah menguat 1,01% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dalam periode yang sama tahun lalu, rupiah melemah 1,47%.
Selain itu, lanjut Masyita, risiko dari sisi inflasi juga sangat minim sehingga belum ada kebutuhan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate seperti tahun lalu. Sampai Februari, laju inflasi 'cuma' 2,57% year-on-year (YoY), terendah sejak November 2009.
Namun walau begitu, tambah Masyita, bukan berarti BI sudah punya ruang untuk menurunkan suku bunga. Pasalnya masih ada tantangan dari sisi transaksi berjalan (current account).
"Prospek defisit neraca perdagangan ke depan membatasi ruang kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," sebut Masyita.
Angela Hsieh, Ekonom Barclays, menyebut bahwa peluang kenaikan suku bunga acuan semakin kecil saat melihat cadangan devisa Indonesia. Per akhir Februari, cadangan devisa tercatat US$ 123,27 miliar, tertinggi sejak April 2018.
"Sepertinya nanti BI akan lebih berimbang dalam bicara soal inflasi dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Jadi apakah BI sudah menghentikan siklus kenaikan suku bunga? Kalau naik sudah susah, apakah suku bunga berpeluang turun?
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/dru)
https://ift.tt/2TK7JqT
March 19, 2019 at 11:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BI Diramal Masih Tahan Bunga Acuan Bulan Ini, Kapan Turunnya?"
Post a Comment