Search

Bumi Minerals Incar Kredit US$ 320 Juta dari Bank Asal China

"Total kebutuhan US$ 350 juta-US$ 400 juta. Pendanaan 80% kredit bank dan sisanya ekuitas. Saat ini masih negosiasi, dan kami harapkan akan segera rampung," ujar Direktur Herwin Hidayat, Direktur Bumi Minerals, ketika dihubungi semalam (5/3/19). 

Saat ini BRMS memiliki 49% saham Dairi Prima dan sisanya 51% sudah dijual perusahaan kepada China Non-Ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co. Ltd. (NFC). 

 

Setelah dikurangi dari kredit bank 80%, sisa kebutuhan dana 20% akan dibagi sesuai porsi ekuitas antara Dairi Prima dan NFC sehingga perseroan hanya membutuhkan dana US$ 34,3 juta-US$ 39,2 juta yang masih cukup dari nilai penjualan porsi Dairi Prima ke NFC. 

Pada September, BRMS mengalihkan 51% saham Dairi Prima kepada anak usaha NFC dan menerima dana US$ 198 juta.

Saat ini, lanjutnya, tambang Dairi Prima masih dalam proses pembangunan dan diharapkan dapat berproduksi komersial pada 2021 awal. 

Tambang tersebut baru mendapatkan izin pembangunan pada akhir 2017, dan dapat beroperasi secara komersial hingga 30 tahun. 

Dairi Prima merupakan satu dari tiga tambang yang dimiliki Bumi Minerals. Dua lainnya adalah tambang emas Pobaya di Palu (Sulteng) dan tambang tembaga-emas Gorontalo Minerals di Gorontalo. 

Menurut Herwin, Tambang Pobaya ditargetkan dapat beroperasi komersial pada akhir tahun ini atau paling lambat semester I-2020. 

Penambangan emas, lanjutnya, lebih mudah dilakukan karena perseroan tinggal mengirimkan emas dalam bentuk butiran bijih kasar (dore bullion) ke pabrik pemurnian logam mulia milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Jakarta Utara untuk diproses menjadi emas batangan.  

Karena lebih mudah tersebut, tuturnya, perseroan tidak perlu membangun pabrik pemurnian sendiri dan hanya membutuhkan dana pengembangan tambang sekitar US$ 10 juta-US$ 20 juta untuk Tambang Pobaya. 

Hampir bersamaan dengan Tambang Dairi Prima, Tambang Pobaya juga sudah mendapatkan izin pembangunan dari Kementerian ESDM pada akhir 2017. 

Terakhir, untuk Tambang Gorontalo Minerals yang baru mendapatkan izin operasi dan pembangunan, Herwin mengatakan perseroan sedang mengusahakan proses pemurnian tembaga menggunakan metode kimiawi (heap leaching). 

Proses tersebut, tuturnya, dapat membuat tambang tersebut meraup pendapatan sebelum dapat membangun pabrik pemurnian (smelter) sendiri meskipun tembaga yang dapat diolah dengan proses sederhana dan efisien tersebut haruslah mencapai kandungan tembaga minimal 0,8%. 

"Jika sudah berjalan prosesnya (heap leaching), maka kami sudah ada pemasukan bagi Gorontalo Minerals, jadi ke depannya sudah ada tambahan modal dalam membangun smelter."  

Meskipun berniat membangun smelter untuk Gorontalo Minerals, Herwin belum dapat memberi gambaran proyek maupun kebutuhan finansial perseroan. 

Tambang Gorontalo Minerals, lanjutnya, baru mendapatkan izin pembangunan dan produksi bulan ini sehingga dengan adanya proses heap leaching diharapkan dapat beroperasi lebih awal dari rencana 2022 menjadi akhir 2021.  

Dia menyatakan optimistis perusahaan akan mulai mendulang pendapatan yang signifikan mulai tahun ini dari Tambang Pobaya dan memiliki kinerja yang semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. 

Kinerja tersebut dia harapkan dapat turut dibarengi dengan membaiknya kinerja finansial emiten dan memberi bukti pada investor serta dapat diapresiasi pada harga sahamnya di pasar. 

Saham BRMS masih stagnan di Rp 50 sejak 28 Februari dan membentuk kapitalisasi pasarnya Rp 3,11 triliun.  

Perusahaan tambang mineral Grup Bakri tersebut mencatatkan sahamnya di bursa sejak 9 Desember 2010 di harga Rp 625. 

Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan sebanyak 87,09% saham Bumi Resources Minerals dimiliki PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan 12,91% dimiliki publik. 

Hingga akhir September 2018, perseroan masih membukukuan rugi atribusi entitas induk US$ 93,95 juta, dan sudah terjadi rugi beruntun setidaknya sejak 2012 karena belum dapat membukukan pendapatan yang signifikan. 

Selama ini, pendapatan perseroan berasal dari imbalan jasa penasehat pertambangan yang dilakukan terhadap Bellridge Holdings Limited (Bellridge) sebesar US$ 1,18 juta dan US$ 5 juta untuk periode akhir September, masing-masing pada 2018 dan 2017.   

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2UkVKfF
March 06, 2019 at 03:07AM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Bumi Minerals Incar Kredit US$ 320 Juta dari Bank Asal China"

Post a Comment

Powered by Blogger.