Pekan lalu, pemerintah Negeri Tirai Bambu mengumumkan kinerja ekspor pada Februari 2019 terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan. Nilainya anjlok dalam tiga tahun terakhir. Impor turun hingga 5,2%, lebih dalam dari ekspektasi pelaku pasar. Hal ini menimbulkan kekhawatiran perlambatan lebih lanjut bagi ekonomi China.
Pelaku pasar pun merespons. Akhir pekan lalu, bursa saham utama di kawasan Asia ditransaksikan melemah. Indeks Shanghai melemah paling dalam, anjlok 4,4%, indeks Nikkei melemah 2,01%, indeks Hang Seng terkoreksi 1,91%, indeks Straits Times terpangkas 1,04%, dan indeks Kospi turun 1,31%.
Adapun IHSG amblas 1,16% ke level Rp 6.383. Hampir seluruh sektor yang berada dalam IHSG melemah pada perdagangan Jumat pekan lalu. Investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 609 miliar.
Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam riset hariannya menyebutkan, sentimen positif hari ini akan berkisar tentang pernyataan dari Gubernur Bank Sentral China PBOC, Yi Gang, yang mengatakan kedua belah pihak, baik AS dan China telah mencapai konsensus berbagai masalah penting, dan telah membahas komitmen yang sebelumnya telah dibuat oleh kelompok Negara G20 untuk menghindari devaluasi mata uang yang kompetitif.
AS dan China juga akan menghormati otonomi dari kebijakan moneter masing masing negara.
Berlanjut kepada proses Brexit, PM Inggris Theresa May menghadapi pertemuan yang penting dalam pemungutan suara Brexit pada hari Selasa besok. Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt juga mendesak sesama pendukung konservatif untuk mendukung proses Brexit tersebut, atau bila tidak, langkah Inggris meninggalkan Uni Eropa mungkin tidak akan terjadi sama sekali.
"Secara teknikal, IHSG hari ini diperkirakan akan kembali diperdagangkan di zona merah pada entang harga 6.350 - 6.400," tulis Pilarmas Sekuritas, Senin (11/3/2019).
Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, memproyeksikan hari ini, IHSG akan bergerak pada kisaran 6.336 - 6.498.
Sentimen penggerak laju IHSG ditopang rilis data cadangan devisa Februari yang meningkat US$ 3,2 miliar menjadi US$ 123,2 miliar dollar AS dari bulan sebelumnya US$ 120,1 miliar dollar AS. Adanya rilis data perekonomian tentang penjualan ritel yang diperkirakan akan terdapat peningkatan, semakin menunjukkan kondisi fundamental perekonomian dalam negeri cukup solid dan kuat.
"Hal ini tentunya dapat menjadi sentimen posiitif yang kuat untuk kembali mendorong kenaikan IHSG dalam jangka panjang, serta kembalinya arus modal masuk ke pasar modal Indonesia," kata William Surya Wijaya.
(tas)
https://ift.tt/2TyZBbR
March 11, 2019 at 03:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Laju Ekonomi China Melambat, IHSG Diprediksi Terkoreksi"
Post a Comment