Target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China pada 2019 yang direvisi ke bawah menjadi kisaran 6%-6,5% berhasil memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.
Revisi tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Li Keqiang dalam pertemuan tahunan parlemen China pada hari ini. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%, seperti dilansir dari Bloomberg. Tahun lalu, perekonomian China tumbuh sebesar 6,6%, paling rendah sejak 1990.
Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain ikut berada dalam tekanan.
Sisi positifnya, pemerintah China juga mengumumkan pemotongan tingkat pajak dan biaya untuk korporasi senilai hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun). Stimulus fiskal tersebut diarahkan untuk mendukung pertumbuhan di sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.
Suntikan stimulus tersebut terbukti ampuh untuk mendorong indeks Shanghai dan Hang Seng mengakhiri hari di zona hijau.
Khusus untuk indeks Straits Times, selain terpengaruh prediksi ekonomi China, kinerja indeks acuan bursa saham Singapura juga dibebani oleh rilis data ekonomi dalam negeri yang mengecewakan.
Pada pagi hari ini, Composite PMI periode Februari 2019 versi Nikkei diumumkan di level 49,8, lebih rendah dibandingkan capaian bulan sebelumnya yang sebesar 50,1.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan pertumbuhan ekonomi China.
[Gambas:Video CNBC]
(ank/tas)
https://ift.tt/2IR0UhX
March 06, 2019 at 01:50AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Proyeksi Ekonomi China Dipangkas, Bursa Asia Melemah"
Post a Comment