Lippo Karawaci sudah menyiapkan dana US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun (asumsi kurs Rp14.000/US$) untuk aksi korporasi yang akan dilaksanakan melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) pada kuartal II atau paling lambat kuartal III-2019.
Inti dari investasi Lippo Karawaci tersebut adalah untuk pengembangan terintegrasi hunian mega proyek Meikarta.
Akan tetapi, baru-baru ini, Lippo Cikarang resmi melepaskan setengah kepemilikan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), pengembang Meikarta, ke Hasdeen Holdings Ltd.
Proses pelepasan kepemilikan Meikarta dari Lippo Cikarang ke Hasdeen dilakukan dengan menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Peak Investments PTE Ltd kepada Hasdeen. Peak merupakan perusahaan investasi yang berlokasi di Singapura dan memiliki hampir 50% saham MSU.
Lebih lanjut, sesuai informasi di laporan keuangan, proses akuisisi Hasdeen atas Peak memerlukan dana sebesar US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4,2 triliun. Proses akuisisi ini dilakukan dengan angsuran terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian sampai 31 Desember 2018.
Lantas pertanyaannya, siapa sebenarnya Hasdeen Holdings?
Dalam laporan keuangan 31 Desember 2018, terungkap bahwa Hasdeen Holding adalah sebuah perusahaan yang didirikan di British Virgin Island (BVI). BVI adalah kawasan di luar teritori Britania Raya yang memberikan perlindungan pajak atau bebas pajak bagi pemilik usaha.
Uniknya, rata-rata perusahaan yang didirikan di BVI adalah perusahaan special purpose vehicle (SPV) atau perusahaan 'cangkang'.
Perusahaan SPV adalah perusahaan yang didirikan untuk mengisolasi atau mengamankan aset, sehingga aset tersebut dapat terdaftar di luar neraca perusahaan (off-balance sheet). Hal tersebut dilakukan sebagai langkah untuk memperkecil risiko usaha dari perusahaan induk.
Selain itu, perusahaan SPV memang sah secara hukum tapi kebanyakan perusahaan tipe ini tidak memiliki pegawai dan aktivitas bisnis layaknya perusahaan lain.
Selain Hasdeen, laporan keuangan Lippo Cikarang mengungkapkan anak usaha lainnya yang berbasis di BVI di antaranya Premium Venture International dan Intellitop Finance Ltd. Keduanya bergerak di bidang investasi.
Jika demikian, siapakah perusahaan induk atau pemilik Hasdeen Holdings? Apakah Hasdeen sebenarnya dimiliki oleh Grup Lippo yang didirikan sebagai langkah diversifikasi risiko proyek Meikarta?
Kecurigaan ini muncul karena pada dasarnya Lippo Cikarang hanya menjual kepemilikan Peak kepada Hasdeen dengan harga pengalihan yang hanya S$ 1 atau setara Rp 10.500. Namun memang, proses akuisisi resmi mewajibkan Hasdeen untuk membayar US$ 300 juta.
Sayangnya, informasi kepemilikan Hasdeen sulit ditemukan. Apalagi peraturan hukum di BVI tidak mewajibkan pengungkapan pemilik perusahaan asli atau perusahaan induk atas perusahaan SPV yang ditempatkan di wilayah tersebut. Dalam dunia keuangan, pemilik asli dikenal dengan beneficial ownership.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/tas)
https://ift.tt/2UEHJt2
March 12, 2019 at 10:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Siapa Sebenarnya Hasdeen Holdings di Proyek Meikarta?"
Post a Comment