Data laporan keuangan non-audit tahun lalu menunjukkan, pendapatan Japfa </span>naik 15% menjadi Rp 34,01 triliun, dari dari tahun sebelumnya Rp 29,60 triliun. Pendapatan yang naik ini memompa laba bersih perusahaan meroket hingga 133% mencapai Rp 2,17 triliun dari sebelumnya Rp 933,17 miliar.
Kendati demikian, beban pokok Japfa masih cukup tinggi dan naik dari tahun 2017. Beban pokok naik menjadi Rp 26,80 triliun dari sebelumnya Rp 24,59 triliun. Adapun kas dan setara kas perusahaan sedikit berkurang menjadi Rp 1,09 triliun dari sebelumnya Rp 1,64 triliun.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Maret ini, (1/3/2019), naik 1,34% di level Rp 2.270/saham dan dalam sebulan terakhir masih terkoreksi 22,53% dengan kapitalisasi pasar Rp 26,62 triliun.
PT RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya menilai kinerja Japfa masih positif dengan potensi bisnisnya. Sisi kuat fundamental dan kinerja positif perseroan dalam beberapa kuartal ke depan dinilai tim riset RHB dapat menjadi pendorong naiknya harga saham JPFA.
Harga ayam yang masih naik pada Februari (di atas Rp 20.000 per kilogram) diprediksi turut mengangkat kinerja keuangan emiten pada kuartal IV-2018 sehingga dapat menjadi katalis bagi pergerakan saham.
Tak hanya itu, riset RHB Sekuritas yang ditulis oleh Michael W. Setjoadi dan Jessica Pratiwi pada 20 Februari lalu, juga menilai penjualan sebagian portofolio Japfa Comfeed oleh KKR & Co Inc akan membuat likuiditas transaksi saham emiten perunggasan itu akan semakin cair.
KKR, yang dulu lebih dikenal dengan nama Kohlberg Kravis Roberts & Co, diduga telah menjual 387,7 juta saham Japfa Comfeed senilai Rp 853,71 miliar pada 18 Februari lalu. "Penjualan saham JPFA oleh KKR akan berpotensi menambah saham publik ritel 3,3% menjadi 39,2%, setara US$ 784 juta," ujar riset RHB.
Simak perbandingan saham-saham pakan ternak.
[Gambas:Video CNBC] (hps)
https://ift.tt/2H51J4m
March 01, 2019 at 08:32PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jualan Ayam, Laba Japfa Meroket 133% di 2018"
Post a Comment