
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong pelemahan IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,82%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,27%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,96%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,11%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,03%).
IHSG senasib dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks indeks Hang Seng turun 0,42%, indeks Straits Times turun 0,09%, dan indeks Kospi turun 0,24%.
Memang ada beberapa sentimen negatif yang menghantui jalannya perdagangan di kawasan Asia pada hari ini. Pertama, damai dagang AS-China yang masih cukup jauh untuk dicapai. Sejatinya, kedua negara mengeluarkan pernyataan positif pascamenggelar negosiasi dagang di Beijing sepanjang pekan lalu.Namun, sejauh ini laporan-laporan yang ada mengindikasikan bahwa kedua negara masih cukup jauh dari memecahkan isu-isu seperti pencurian kekayaan intelektual dan pemberian subsidi kepada perusahaan domestik yang selama ini dilakukan oleh pihak China.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan akan digelar di Washington pada hari ini di tingkat wakil menteri.
Kemudian pada hari Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri akan digelar, di mana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Beralih dari perang dagang AS-China, isu kedua yakni para pelaku pasar dihadapkan pada perang dagang AS-Uni Eropa. Uni Eropa bersumpah untuk mengeluarkan kebijakan balasan jika AS mengenakan bea masuk baru bagi impor mobil asal Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan bahwa blok ekonomi tersebut tak akan membeli kedelai dan LNG dari AS.
Juncker berbicara setelah Kementerian Perdagangan AS diketahui telah mengirim rekomendasi ke meja Presiden AS Donald Trump mengenai wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadang. Trump punya waktu 90 hari untuk mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi tersebut.
Dari dalam negaranya sendiri, wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadang sudah ditolak mentah-mentah oleh pelaku usaha. US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya menolak pengenaan bea masuk itu.
Menurut mereka, bea masuk akan membuat harga jual mobil naik sampai ribuan dolar AS sehingga penjualan terancam turun. Akibatnya dikhawatirkan bisa membuat industri otomotif AS melakukan PHK terhadap ribuan pekerja.
"Bea masuk ini, kalau diterapkan, malah berpotensi membuat perusahaan memindahkan fasilitas produksinya ke luar negeri dan meninggalkan AS. Tidak ada satu pun perusahaan otomotif yang meminta penyelidikan yang berujung kepada rekomendasi ini," tegas US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan resmi.
Sentimen negatif yang ketiga datang dari Jepang. Pada pagi hari ini, survei Reuters Tankan diumumkan dan menunjukkan bahwa optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa mengalami penurunan pada bulan Februari.
Indeks optimisme pelaku usaha sektor manufaktur turun ke level 13, dari yang sebelumnya 18 pada bulan Januari. Penurunan ini menandai yang ke-4 secara berturut-turut. Sementara itu, indeks optimisme pelaku usaha sektor jasa turun ke level 22, dari yang sebelumnya 31 pada bulan Januari. Penurunan ini merupakan yang pertama dalam 4 bulan.
Lebih parahnya lagi, optimisme pelaku usaha sektor manufaktur dan jasa diproyeksikan terus turun dalam 3 bulan ke depan.
Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, tekanan bagi perekonomian Jepang tentu akan menghantam laju perekonomian dunia. (ank/tas)
http://bit.ly/2TXiXnE
February 20, 2019 at 12:16AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Duh! Sempat Perkasa, IHSG Malah Ditutup Melemah"
Post a Comment