Search

BUMN Ini Akui Telat Antisipasi Perubahan Asuransi, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mengalami perlambatan pertumbuhan dalam 5 tahun terakhir. Setidaknya itu diakui Direktur Operasional Asuransi Jasindo, Ricky Tri Wahyudi.

Lima tahun atau sepuluh tahun lalu dirinya masih sempat merasakan pertumbuhan perusahaan hingga 20%. Tahun 2018 saja pertumbuhan Jasindo sebesar 9,8%.

"Pertumbuhan asuransi Jasindo melambat dibanding 5 tahun lalu. Saya merasakan pertumbuhan Jasindo lebih dari 20%. Sekarang melambat kayaknya ada sesuatu yang harus kita perbaiki," ujar Ricky dalam Seminar Nasional: Prospek Bisnis IKNB 2019 di Jakarta, Selasa (12/3/2019).


Perlambatan itu, kata Ricky, disebabkan adanya sejumlah perubahan di industri asuransi yang tidak cepat diantisipasi oleh perusahaan. Pertama, industri asuransi kini sudah mulai merambah ke digitalisasi. Kemajuan teknologi memudahkan proses bisnis, termasuk asuransi.


Kedua
, sumber daya manusia (SDM) yang kini diisi oleh pegawai berusia di bawah 40 tahun sehingga harus ada perubahan cara melihat pekerja.

Ketiga, menurut Ricky, cara memperlakukan kostumer juga berubah. Dari yang semula pihaknya fokus pada produk yang dijual, kini kostumer lebih menuntut kemudahan apa yang bisa mereka terima.

"Dari tiga faktor itu tentunya suatu dasar yang membuat Jasindo merasa harus melakukan perubahan karena kita tidak menyikapi kostumer, kita tidak menyikapi karyawan kita," ungkapnya.

Di sisi lain, lanjut Ricky, ada 9 hal yang mesti diantisipasi pihaknya tahun ini. Kondisi ekonomi makro yang penuh ketidakpastian harus disikapi dengan serius. Lalu, redistribusi lini usaha menjadi penuh dinamis dan digitalisasi. Selain itu, Undang-Undang (UU) penjaminan menjadi tantangan.

"Bagi kami UU Penjaminan jadi tantangan karena kami punya porsi besar untuk iyu dan saat ini UU itu mengurangi gerak kami dalam menjual produk itu," ungkapnya.

Tantangan lainnya adanya gross split scheme yang membuat potensi pendapatan perusahaan tertekan terlebih di tahun politik. Keberadaan jaminan kesehatan nasional juga dianggap menjadi tantangan, begitu pula pembentukan holding BUMN perasuransian.

"Mau tidak mau itu adalah sesuatu yang harus diantisipasi dari sekarang karena kalau tidak pada saat itu diimplementasi kita tidak siap," ucapnya.

Untuk itu Jasindo kini tengah berupaya untuk lebih costumer oriented dari yang semula product oriented. Konsekuensinya, ada restrukturisasi organisasi. Ada pula perubahan model bisnis yang bergeser dari yang tadinya kantor cabang ke digital.

Saat ini ada 75 perusahaan asuransi kerugian di Indonesia. Kapitalisasi aset sebesar 6,4% dibanding total aset industri keuangan non-bank (IKNB) atau sebesar Rp150 triliun. Total dana kelolaan investasinya pun sebesar Rp71 triliun. Ricky menilai bisnis asuransi kerugian ini sangat terfragmentasi. Produk bisnis asuransi juga didominasi harta benda dan kendaraan bermotor lebih dari 50%.

(roy/roy)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Hq5Qbc
March 13, 2019 at 03:51AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "BUMN Ini Akui Telat Antisipasi Perubahan Asuransi, Kenapa?"

Post a Comment

Powered by Blogger.