Meskipun demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan Indonesia bisa memanfaatkan kondisi ini untuk memperoleh peluang relokasi industri. Pasalnya, kondisi kondisi serupa pernah terjadi di tahun 1980 antara Jepang dan Korea Selatan pada saat krisis Asia.
"Implikasinya ekspor komoditas kita terbesar adalah ke Tiongkok. Sehingga memang kalau ekonomi Tiongkok turun, permintaan komoditas turun. Sebagai orang dewasa kita agak boleh menyerah," ujar Perry di Hotel Dharmawangsa, Senin (4/3/2019)
"Sama seperti 1997-1998 South Korea kena krisis terus juga melakukan relokasi industri. Sehingga ada teori angsa terbang. Itu yang harus kita tangkap dari turunnya ekonomi China."
Namun, agar relokasi industri bisa berjalan sesuai harapan Indonesia, sangat bergantung pada langkah dan sinergi antar kementerian - lembaga terkait, serta dunia usaha. Inilah mengapa pemerintah banyak melakukan pembangunan infrastruktur, simplifikasi perizinan, memberikan insentif pajak, dan sebagainya. Termasuk bagaimana mendorong agar ekspor Indonesia tak hanya barang mentah, tapi juga barang olahan yang bernilai tambah.
"Kita tidak boleh menyerah. Meski kita ekspor batu bara, nikel dengan tanah-tanahnya, sekarang kita tarik smelternya ke sini."
"Mereka mau juga masuk ke infrastruktur, sampai ke ekonomi keuangan digital, ini kesempatan dari menurunnya ekonomi China. Mari kita tangkap untuk berbagai bidang," pungkasnya.
Simak Video Optimisme Gubernur BI Soal Ekonomi RI ke Depan:
[Gambas:Video CNBC]
(dru)
https://ift.tt/2VAaeYW
March 04, 2019 at 08:48PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonomi China Turun, Gubernur BI Sebut Ada Peluang Bagi RI!"
Post a Comment