
Sepanjang pekan lalu, harga sawit berjangka di Malaysia tertekan 1,7% dari 2.25 ringgit menjadi 2.067 ringgi per ton, sehingga membuka peluang pembalikan penguatan meski tipis. Penguatan sebenarnya telah dibukukan pada hari terakhir perdagangan pekan lalu, sebesar 0,19%.
Pelaku pasar terlihat memanfaatkan peluang untuk membeli kontrak berjangka sawit dengan memfaktorkan peluang Indonesia untuk melawan kebijakan India menerapkan tarif bea masuk terhadap sawit nasional.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV pada Selasa pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya dan pemerintah tengah menjajaki peluang retaliasi dagang terhadap India yang memperlakukan produk sawit Indonesia secara tidak adil.
India menerapkan bea masuk sebesar 40% terhadap produk CPO Indonesia. Adapun pungutan untuk minyak sawit olahan dipangkas dari sebelumnya 54% menjadi 50%, atau lebih tinggi dari CPO Malaysia sebesar 45%.
Jika strategi itu berhasil, maka permintaan sawit India berpeluang kembali mendekati normal karena bea masuk bakal dinormalisasikan. Hanya saja, penguatan harga dalam dua hari ini belum cukup besar untuk menghapuskan tren pelemahan harga komoditas andalan Indonesia dan Malaysia tersebut yang telah mencapai 2,5% sepanjang tahun berjalan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
https://ift.tt/2THxDeQ
March 18, 2019 at 05:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gapki Ingin RI Lawan Bea Masuk India, Harga Sawit Naik Tipis"
Post a Comment