Padahal, di periode tersebut GMF justru mencatatkan peningkatan pendapatan usaha mencapai 6,99% menjadi US$470,01 juta (Rp 6,58 triliun) dari US$439,28 juta (Rp 6,14 triliun) di sepanjang 2017.
Penurunan laba ini terjadi karena adanya peningkatan beban usaha perusahaan yang nilainya mencapai US$421,02 juta dari sebelumnya senilai US$373,05 juta.
Beban keuangan juga membengkak hampir dua kali lipat dari sebelumnya sebesar US$8,74 juta menjadi US$ 16,10 juta, dikutip dari keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/2/2019).
Dengan demikian, jumlah laba per saham perusahaan turut menyusut menjadi US$0,001082 (Rp 25,48) per saham dari sebelumnya senilai US$0,001950 (Rp 27,3) per saham.
Sayangnya, pada periode ini perusahaan juga mengalami defisit kas yang digunakan untuk operasional menjadi minus US$47,10 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai positif US$41,87 juta.
Jumlah kas dan setara kas juga ikut menyusut menjadi US$39,12 juta di 31 Desember 2018 dari tahun sebelumnya senilai US$83,61 juta. Meski demikian, jumlah aset lancar naik menjadi US$606,99 juta dan aset tak lancar senilai US$135,55 juta, menjadikan total aset bernilai US$42,54 juta.
![]() |
Di pos liabilitas, keduanya naik dengan jumlah cukup besar. Liabilitas jangka pendek nilainya mencapai US$299,41 juta, naik dari US$135,36 miliar. Liabilitas jangka panjang juga dikerek naik menjadi US$113,97 juta dari sebelumnya senilai US$97,99 juta.
Sedangkan ekuitas perusahaan totalnya berjumlah US$329,15 juta, naik dari US$305,78 juta di akhir Desember 2017.
Saksikan video mengenai fasilitas bengkel pesawat milik GMFI berikut ini.
(prm)
http://bit.ly/2SHrJtH
February 18, 2019 at 03:02PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Beban Usaha dan Keuangan Meningkat, Laba GMF Tergerus 40%"
Post a Comment