Hingga pukul 15:00 WIB, rupiah di pasar spot dibanderol Rp 14.040 per satu US$ atau melemah 0,04% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Dolar AS mendapat amunisi sehingga cukup kuat belakangan ini. Pelaku pasar global cenderung pesimistis terhadap pertemuan di Beijing yang akan menghasilkan sesuatu yang signifikan. Sebab, memang banyak hal yang harus diselesaikan untuk mengakhiri perbedaan antara Washington dan Beijing.
Jika sampai 1 Maret tidak ada kesepakatan, maka AS akan menaikkan bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk barang-barang impor made in China senilai US$ 200 miliar.
Dari dalam negeri, sentimen defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) kuartal IV-2018 sebesar 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB) masih menjadi beban tersendiri bagi rupiah. Ini merupakan defisit yang paling dalam sejak kuartal II-2014.
Secara teknikal, rupiah masih memiliki kecenderungan bergerak melemah di hadapan dolar AS. Akselerasi kenaikan dolar AS lebih cepat dibandingkan rupiah yang tercermin dari posisinya yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Sumber: Refinitiv
|
Dalam jangka panjang sebenarnya rupiah masih pada fase menguat. Hal ini tercermin dari grafik pergerakan dolar AS yang bergerak empat puluh lima derajat ke arah bawah (downtrend) terhadap rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/tas)
http://bit.ly/2BwYizA
February 12, 2019 at 10:23PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dialog AS-China Bikin Was-was, Rupiah Masih Terkapar"
Post a Comment