
Saat ditemui di Kementerian Perhubungan Sri Mulyani hanya menjawab singkat terkait proyeksi Sri Mulyani tersebut. "Kita perbaiki terus saja," kata Sri Mulyani.
Kemarin dalam risetnya, Credit Suisse menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10% underweight (mengurangi bobot) dari sebelumnya 20% overweight (menambah bobot) karena penguatan signifikan pasar saham domestik sejak Mei 2018.
Penurunan rekomendasi tersebut menjadi faktor yang dianggap pelaku pasar sebagai penyebab penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sejak pagi hari ini, Selasa (12/2/2019), hingga penutupan siang.
Pada sesi I, IHSG minus hingga 1,05% di level 6.426,67 dan secara year to date, IHSG sudah naik 3,75%.
Dalam risetnya kemarin (11/2/2019), Analis Credit Suisse Alexander Redman dan Arun Sai menilai terjadi penguatan indeks MSCI Indonesia US Dollar sebesar 34% di atas indeks MSCI Emerging Market (EM) sejak pertengahan Mei 2018.
"Saat ini kami melihat ada kesempatan untuk menurunkan eksposur ke aset di Indonesia sebelum pasar memasuki fase underperformance karena enam alasan," ujar Redman dalam risetnya.
Beberapa alasan Credit Suisse menurunkan rekomendasi atas pasar saham Indonesia di antaranya:
- Penguatan rupiah sudah cukup signifikan sehingga sudah jenuh beli (overbought),
- Secara siklus, pada 2019 Credit Suisse juga berkomitmen untuk Asia Utara, yang secara inkonsisten dengan rekomendasi overweight pada pasar saham Indonesia.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung dari revisi penurunan target yang besar.
- Mengetatnya likuiditas akan membatasi pertumbuhan aset perbankan sedangkan profitabilitas sektor perbankan diprediksi akan stagnan dan valuasinya masih mahal.
- Saham Indonesia sedang ditransaksikan pada valuasi premium yang sudah tidak menarik (sudah mahal).
- Pasar saham Indonesia sudah jenuh beli (overbought) dan jenuh dimiliki (over-owned) dibanding posisinya secara historis.
Rekomendasi negatif perusahaan investasi asing terhadap Indonesia sempat membuat berang pemerintah. Pada tahun 2016 silam, JP Morgan, bank investasi yang berbasis di New York, merekomendasikan investor untuk melepas obligasi pemerintah.
Kementerian Keuangan ketika itu mengatakan JP Morgan diduga berbuat curang sebab setelah obligasi-obligasi tersebut dilepas, bank investasi itu akan membelinya kembali dengan harga yang lebih murah kemudian menjualnya.
Rekomendasi tersebut berujung pada pemutusan kerjasama kemitraan dengan JP Morgan sebagai dealer surat utang. Tak sampai di situ saja, pemerintah pun menyatakan tak lagi menerima setoran negara yang dibayarkan melalui seluruh cabang yang dimiliki JP Morgan.
Tahun lalu, Kementerian Keuangan dengan JP Morgan berdamai dan berkomitmen untuk tidak lagi mengulangi kesalahannya di masa lalu.
"Setelah evaluasi satu tahun, kami menganggap bahwa ada suatu perubahan positif. Kami mengembalikan lagi JPMorgan sebagai bank persepsi atau salah satu dealer SUN," kata Sri Mulyani pada waktu itu. (hps)
http://bit.ly/2tio8D7
February 13, 2019 at 08:41PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Komentar Sri Mulyani Soal Proyeksi Credit Suisse"
Post a Comment