Investor asing yang makin 'beringas' dalam mengoleksi saham-saham di tanah air membuat IHSG bisa memperlebar penguatan. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih (net buy) senilai Rp 104,3 miliar. Kini, nilainya bertambah menjadi Rp 190 miliar.
Sentimen yang ada memang mendukung bagi investor asing untuk masuk ke bursa saham Indonesia. Sentimen positif yang pertama datang dari perpanjangan periode 'gencatan senjata' antara AS-China di bidang perdagangan. Perpanjangan tersebut diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada Minggu (24/2/2019) malam waktu AS atau Senin pagi waktu Indonesia melalui serangkaian cuitan di Twitter.
"Saya senang melaporkan bahwa AS telah membuat kemajuan berarti dalam pembicaraan dagang kami dengan China terkait beberapa isu struktural penting, termasuk perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi, pertanian, jasa, mata uang dan banyak isu lainnya," tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump.
![]() |
"Sebagai hasil dari pembicaraan yang sangat produktif ini, saya akan menunda kenaikan bea impor AS yang dijadwalkan pada 1 Maret. Dengan mengasumsikan kedua belah pihak membuat kemajuan tambahan, kami akan merencanakan pertemuan tingkat tinggi bagi Presiden Xi dan saya di Mar-a-Lago untuk merampungkan perjanjian. Akhir pekan yang sangat baik untuk AS dan China!" tambahnya.
Dengan adanya perpanjangan periode 'gencatan senjata', maka kesepakatan dagang yang akan menghapuskan seluruh bea masuk yang selama ini dibebankan menjadi kian mungkin untuk dicapai.
Sentimen positif yang kedua datang dari penguatan nilai tukar rupiah. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,28% di pasar spot ke level Rp 14.015/dolar AS.
Selain karena perpanjangan periode gencatan senjata AS-China, kinerja rupiah terkerek oleh komentar bernada kalem atau dovish dari pejabat The Federal Reserve yang merupakan bank sentral AS. Kini, sejumlah pejabat The Fed mulai mencemaskan angka inflasi yang relatif rendah, pertanda ekonomi sedang kurang bergairah.
"Angka pengangguran turun ke level terendah dalam hampir 50 tahun, tetapi inflasi jarang menyentuh target 2%. Kita harus waspada dengan ekspektasi inflasi, jangan sampai terjangkau terlalu rendah," tegas Presiden The Fed New York John Williams, seperti dikutip dari Reuters.
"Inflasi sudah cukup lama berada di bawah target. Jangan terlalu cepat puas," tambah Presiden The Fed San Francisco Mary Daly, juga mengutip Reuters.
Pernyataan Williams dan Daly diinterpretasikan oleh pelaku pasar bahwa The Fed akan membiarkan laju inflasi agak terakselerasi. Hal ini akan dilakukan dengan menahan tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan.
Pernyataan pejabat The Fed tersebut lantas menepis kekhawatiran yang sempat muncul bahwa bank sentral masih akan mengerek suku bunga acuan pada tahun ini. Kekhawatiran ini muncul menyusul rilis risalah rapat The Fed edisi Januari 2019.
"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance [posisi] sabarnya," sebut risalah rapat The Fed.
Adapun 5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 106,8 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 58,3 miliar), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk/BTPS (Rp 46,2 miliar), PT Bank Danamon Indonesia Tbk/BDMN (Rp 43,2 miliar), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 39,5 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
https://ift.tt/2H5D9At
February 25, 2019 at 10:38PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investor Asing Makin 'Beringas', IHSG Terus Tancap Gas"
Post a Comment