
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG naik di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+1,34%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+5,13%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,45%), PT Bank Permata Tbk/BNLI (+7,14%), dan PT Barito Pacific Tbk/BRPT (+3,85%).
Walaupun tipis, IHSG berhasil menguat di tengah pelemahan bursa saham utama kawasan Asia: indeks Nikkei turun 0,02%, indeks Shanghai turun 0,05%, dan indeks Hang Seng turun 0,23%.
Sejatinya, ada sentimen positif yang bisa mendukung aksi beli di bursa saham kawasan regional yakni damai dagang AS-China. Pada hari ini, Bloomberg melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk memperpanjang periode gencatan senjata bidang perdagangan dengan China selama 60 hari, menurut orang-orang yang familiar dengan hal tersebut.
Sejatinya, periode gencatan senjata akan berakhir pada tanggal 1 Maret. Jika tak diperpanjang, bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%) mulai tanggal 2 Maret.
Indikasi diambilnya kebijakan tersebut sudah tercium sebelumnya. Pada hari Selasa (11/2/2019), Trump menyebut bahwa periode gencatan senjata yang akan berakhir pada 1 Maret bisa diperpanjang.
"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari deadline 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," kata Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters.
Jika periode gencatan senjata benar-benar diperpanjang, maka kesepakatan dagang secara permanen menjadi kian mungkin untuk dicapai kedua negara. Sebagai informasi, pada hari ini dan besok negosiasi dagang tingkat menteri digelar di Beijing, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Selain itu, sentimen positif juga datang dari rilis data ekonomi di China. Ekspor periode Januari 2019 diumumkan melesat sebesar 9,1% YoY, jauh mengalahkan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 3,2% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya turun tipis 1,5% YoY, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan penurunan hingga 10% YoY.
Aksi ambil untung menjadi penyebab kejatuhan bursa saham regional. Maklum, dalam beberapa hari perdagangan terakhir bursa saham Asia terus menghijau. Indeks Shanghai misalnya, sudah membukukan penguatan dalam 5 hari perdagangan terakhir, sementara indeks Hang Seng sudah menguat selama 3 hari berturut-turut. (ank/hps)
http://bit.ly/2GFwY5O
February 15, 2019 at 12:01AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investor Asing Masih Jualan, IHSG Hanya Bisa Naik Tipis"
Post a Comment