Pada Rabu (6/2/2019) pukul 11:23 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.885. Rupiah menguat 0,47% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Imlek. Ini menjadi posisi terkuat rupiah sejak 7 Juni 2018.
Mengawali hari, rupiah menguat 0,04%. Penguatan rupiah kemudian menebal ke 0,11%, tetapi tidak lama karena kemudian kendur lagi ke 0,04%.
Namun rupiah kembali ke jalur pendakian selepas pidato Presiden AS Donald Trump di State of the Union. Trump menegaskan bahwa AS siap berdiskusi dan mencapai kesepakatan dagang dengan China, mengakhiri perang dagang yang berkobar sejak awal tahun lalu.
Kemudian Trump juga mengungkapkan bahwa dirinya akan bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un di Vietnam pada 27-28 Februari. Ini akan menjadi pertemuan lanjutan setelah di Singapura tahun lalu.
Pidato Trump menyulut optimisme di Asia. Pelaku pasar mulai berani mengambil risiko, dan masuk ke aset-aset di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Menyusul pidato Trump, datang lagi kabar positif terkait kemesraan hubungan Washington-Beijing. Mengutip Reuters, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan bertandang ke Beijing akhir pekan ini. Keduanya akan memimpin delegasi AS yang akan melakukan dialog dagang awal pekan depan.
Hawa damai dagang AS-China pun semakin menyeruak. Investor semakin bernafsu masuk ke pasar keuangan Asia, dan Indonesia pun menerima berkahnya. Derasnya arus modal tersebut memperkuat rupiah.
Tidak sekadar menguat, rupiah pun kembali merebut posisi puncak di klasemen mata uang Asia. Bahkan jarak dengan yen Jepang di posisi kedua lumayan jauh, karena mata uang Negeri Matahari Terbit 'hanya' menguat 0,14%. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 11:23 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
http://bit.ly/2HV44ks
February 06, 2019 at 06:32PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pertumbuhan Ekonomi RI Ciamik, Dolar AS di Bawah Rp 13.900!"
Post a Comment