Search

Kata Pak Jokowi Mal di China Banyak yang Tutup, Faktanya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sementara beberapa Mal di Jakarta terpantau sepi pengunjung, nasib sedikit berbeda terjadi di China.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fung Business Intelligence (FBI), sepanjang tahun 2017, perkembangan mall di China terbilang sehat dan kuat. Hal ini dapat terlihat dari nilai 'Development Index of China Shopping Center' yang naik sebesar 1,3 poin YoY ke posisi 66,1 pada kuartal II-2018. Sebagai informasi, nilai indeks di atas 50 berarti terjadi ekspansi, dan berlaku pula sebaliknya.


Selain itu, pada tahun 2017 mal-mal dengan skala besar di China juga membukukan pertumbuhan penjualan yang positif. Data yang dirilis oleh iziRetail, total penjualan dari 190 mal besar yang tersebar di 51 kota di China mencapai CNY 441,3, atau naik 11,3% dibanding tahun sebelumnya.

Namun memang, tidak semua mal tersebut bernasib baik, ada 27 mal yang tercatat mengalami penurunan penjualan, dan 8 yang mengalami stagnansi. Akan tetapi ada pula 33 mal yang berhasil mencetak pertumbuhan penjualan lebih dari 20%, yang mana 20 diantaranya merupakan mal yang menjual barang-barang mewah.

Jumlah mall yang beroperasi di China juga masih terus tumbuh. Berdasarkan data dari konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL), jumlah mal yang memiliki luas 10.000 m2 di 30 kota besar diprediksi tumbuh dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 13%.

Sumber: Fung Business Intelligence

Artinya, prospek bisnis mal di China masih terbilang sehat.

Hubungan Operator Mal dan Tenant yang Lebih Mutualisme

Menariknya, dalam penelitian FBI, disebutkan bahwa prilaku pelanggan akibat adanya e-commerce juga merupakan ancaman bagi operator Mal. Pasalnya bila mal sepi, tenant yang merupakan sumber pemasukan bagi operator juga akan kabur.

Alhasil prilaku operator selaku pengelola mall ikut mengalami perubahan, menjadi lebih memperhatikan pelanggan. Mereka lebih menitikberatkan pelanggan sebagai tujuan bisnis.

Dahulu, operator mal hanya menganggap tenant sebagai sumber utama pendapatan. Akibatnya, operator kurang memperhatikan hubungan antara pelanggan dengan setiap tenant di dalamnya.

Hari ini, operator mal dan tenant memiliki hubungan yang lebih seperti rekan bisnis strategis. Setiap dari mereka saling bertukar informasi seputar prilaku pelanggan dan merumuskan strategi bisnis secara bersama-sama.

Renovasi Konsep Baru

Strategi lain yang diterapkan oleh pengelola mal adalah dengan melakukan renovasi bangunan untuk membuat pengalaman pelanggan menjadi salah satu nilai jual yang ditawarkan. Masuk akal karena salah satu perbedaan yang sangat besar antara belanja online dan di toko adalah pengalaman fisik yang diterima oleh pelanggan. Suasana berbelanja yang menyenangkan dapat dibangun dari bentuk bangunan yang menarik, baik interior dan eksterior.

Sebagai contoh, Wujiaochang Wanda Plaza di Shanghai pada tahun 2017 melakukan renovasi besar-besaran dan mengalokasikan luas lahan sebesar 10.000 m2 yang tadinya untuk pertokoan, menjadi ruang publik demi menciptakan suasana berbelanja yang kondusif bagi pelanggan.

Tren yang tengah berkembang sekarang ini juga membuat mal-mal baru di China mengadaptasi konsep baru yang menggabungkan elemen indoor dan outdoor dalam suatu kawasan. Hasilnya, mal tidak lagi dilihat sebagai sebuah bangunan kotak besar berisi toko-toko, tapi menjadi sebuah distrik perbelanjaan yang nyaman untuk pejalan kaki.

Salah satu mall yang mengadopsi konsep tersebut adalah MIXc World dan UpperHill di Shenzhen.

Adaptasi Teknologi

Termutakhir, mal-mal di China juga telah mengadaptasi teknologi digital untuk menciptakan pengalaman yang menarik dan memudahkan bagi pelanggan. Sebagai contoh, CapitaLand membuat "Smart Mall model" yang membuat pengunjung dapat mem-booking parkir, tempat makan, dan mencari lokasi toko dengan hanya menggunakan gawai.

Bukan hanya menguntungkan pengunjung, operator mal juga bisa mendapatkan data prilaku pelanggan yang semakin akurat guna menyusun strategi bisnis yang tepat. Potensi bakar uang menjadi lebih kecil.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/dru)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2tZJDsP
March 12, 2019 at 08:54PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kata Pak Jokowi Mal di China Banyak yang Tutup, Faktanya?"

Post a Comment

Powered by Blogger.