"Kendalanya malah di sektor riil, bukan di keuangannya, bukan di supply side tapi demand side. Sektor riil kegiatan ekonomi kita itu sendiri," ujar mantan gubernur Bank Indonesia (BI).
Oleh karena itu, dalam mendorong keuangan syariah dari sisi demand, ibadah haji dan umrah dapat menjadi andalan. Sebab, potensi keuangan syariah dari ibadah itu teramat besar.
Sebagai negara berpenduduk beragama Islam terbesar di dunia, setiap kali ibadah haji dan umrah, jamaah asal Indonesia selalu yang terbesar.
"Tapi masuk di dalam keuangannya, ekonominya, kita mulai tidak nomor satu," kata Darmin.
![]() |
Dari jamaah haji 2018 sebanyak 2,4 juta orang, sebanyak 8,57% atau 203,35 ribu orang berasal dari Indonesia. Jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 5,2 juta orang pada 2020.
Dari total penduduk, sebanyak 87% orang Indonesia beragama Islam. Jumlah itu setara dengan 13% penduduk muslim dunia. Dengan demikian tak heran Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar.
![]() |
Namun, menurut Darmin, adalah ada berbagai masalah dalam penyelenggaraan umrah. Seperti kasus First Travel yang gagal memberangkatkan puluhan ribu orang calon jamaah.
"PPIU (panitia penyelenggara ibadah umrah) bermasalah juga karena tidak ada izin resmi dari Kemenag (Kementerian Agama) atau tidak punya kacab (kantor cabang) yang berizin serta meminjam legalitas izin dari pihak lain non-PPIU," ujar Darmin.
"Pemerintah telah menyusun MoU, bersinergi dengan pihak terkait untuk mengatasi permasalahan PPIU, berupa pencegahan, pengawasan, dan penanganan permasalahan umrah. Pemerintah sedang membangun layanan digital ibadah haji dan umrah sehingga masyarakat bisa memilih."
Simak video penjelasan Menko Perekonomian Darmin Nasution terkait harga beras RI di bawah ini.
(miq/miq)
https://ift.tt/2tUOr2k
March 06, 2019 at 05:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengapa Perkembangan Keuangan Syariah RI Lambat?"
Post a Comment