Batu Bara Indonesia tampaknya akan semakin kehilangan harapan, jika penyerapan konsumsi domestik tidak dapat ditingkatkan. Pasalnya, penurunan harga batu bara tidak hanya dikarenakan pergantian musim tapi juga potensi penurunan signifikan atas konsumsi energi fosil ini oleh China dan Eropa yang notabennya merupakan importir utama batu bara Indonesia.
Memasuki bulan Maret, yang merupakan peralihan antara musim dingin dan musim semi, mengakibatkan permintaan batu bara menurun. Pasalnya, pada musim dingin negara subtropik (negara 4 musim) membutuhkan lebih banyak listrik (batu bara) untuk menghangatkan rumah mereka. Namun, pada dasarnya trend ini sudah terprediksi pasar, sehingga seharusnya bukan menjadi penyebab utama turunnya harga batu bara.
Momok melemahnya harga batu bara adalah perlambatan ekonomi global. Pasalnya, melambatnya aktivitas ekonomi membuat pelaku pasar khawatir akan berkurangnya permintaan energi.
Setelah sebelumnya pemerintah China menurunkan target pertumbuhan ekonominya menjadi 6%-6,5% tahun ini, kemarin giliran Zona Euro yang melakukan hal serupa. Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru menjadi hanya sebesar 1,1% dan juga mengumumkan untuk menahan kenaikkan suku bunga pertamanya hingga awal 2020 mendatang. (dwa/hps)
https://ift.tt/2TqeEVH
March 10, 2019 at 01:45AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sulit Bersinar Lagi, Harga Batu Bara Sudah Anjlok 2,35%"
Post a Comment