
Penguatan harga batu bara terjadi setelah sebelumnya ditutup melemah sebesar 0,11% pada perdagangan akhir pekan lalu.
Selama sepekan, harga batu bara sudah terpangkas 1,76% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas ekspor andalan Indonesia ini tercatat amblas 6,9%.
Pergerakan harga batu bara masih kuat dibayangi awan kelabu akibat perlambatan ekonomi global, terutama di China yang sudah menunjukkan gejalanya sejak tahun lalu.
Kemarin, China merilis angka penjualan mobil periode Januari yang tercatat turun 15,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY)
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan manufaktur yang banyak mengkonsumsi energi juga sedang lesu.
Terlebih, China merupakan konsumen energi batu bara yang menguasai lebih dari setengah konsumsi batu bara dunia. Selain itu, World Bank juga mengemukakan bahwa lebih dari 70% energi listrik yang ada di China masih dibangkitkan oleh batu bara.
Turunnya aktivitas manufaktur di China tentunya membuat pelaku pasar semakin khawatir penurunan permintaan energi akan semakin dalam.
Di sisi lain, ternyata pembatasan impor batu bara di China juga masih terus berlanjut hingga saat ini.
Bahkan Bahkan kemarin (18/2) Reuters mengabarkan bahwa pialang asal China menghentikan sementara pembelian batu bara dari Australia.
Sebab, waktu pemeriksaan di Bea Cukai China bertambah hingga dua kali lipat, hingga setidaknya 40 hari untuk batu bara yang masuk dari Australia.
Para pelaku pasar mengatakan bahwa hanya kapal kargo yang berasal dari Negeri Kanguru yang terdampak kebijakan tersebut.
"Kami telah menghentikan pesanan batu bara dari Australia karena masih belum tahu sampai kapan pembatasan [impor] tetap berlaku," kata seorang manger sebuah perusahaan dagang di Shanghai yang biasanya membeli 400.000 ton batu bara Australia setiap bulan, mengutip Reuters.
Masih belum jelas mengapa China cenderung menghambat impor asal Australia. Namun memang ketegangan antara Beijing dan Canberra sempat meningkat bulan lalu akibat isu keamanan siber dan pengaruh China di negara-negara kepulauan Pasifik, mengutip Reuters.
Hingga saat ini, pihak administrasi umum pabean China belum memberikan komentar atas kejadian ini
Mengingat batu bara Newcastle merupakan batu bara asal Australia, maka sejatinya tekanan pada harga batu bara akibat sentimen ini akan bersifat regional.
Batu Bara Indonesia Mendapat Keuntungan
Dalam kesempatan ini, batu bara asal Indonesia bisa mendapatkan keuntungan. Pasalnya untuk menggantikan pasokan dari Australia, pialang asal China melirik Indonesia sebagai pilihan yang menarik.
"Permintaan China atas batu bara Indonesia tetap tinggi," kata salah satu pialang asal China yang khusus melayani pasokan dari Asia Tenggara, mengutip Reuters.
Meski memiliki kalori yang relatif rendah, yaitu hanya sebesar 4.200 kcal/kg menurut survei Argus Media, namun batu bara asal Merah Putih bisa menjadi alternatif.
Sebab, batu bara Indonesia seringkali digunakan sebagai bahan campuran batu bara lokal China karena kandungan sulfur yang rendah, mengutip Reuters.
Popularitas dari batu bara Indonesia terlihat dari data pelabuhan yang berhasil dikompilasi oleh Reuters. Pada bulan Januari, China tercatat mengimpor 12,3 ton batu bara Indonesia, dimana merupakan jumlah bulanan yang tertinggi setidaknya sejak Januari 2015.
Jumlah tersebut meningkat hampir 2 kali lipat dari bulan Desember yang hanya 6,8 juta ton, dan juga melampaui jumlah di November yang sebesar 8,7 juta ton.
Memang, nilai impor batu bara Australia juga meningkat menjadi 7,9 juta ton di Januari dibandingkan Desember yang sebesar 5,8 juta ton. Namun hanya naik sedikit dibandingkan bulan November yang sebesar 7,8 juta ton.
Dari data pengiriman batu bara tersebut dapat terlihat bahwa Indonesia agaknya mengungguli China, setidaknya untuk permintaan dari China.
Sebagai informasi, Australia merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia, sedangkan Indonesia berada di urutan ke-2.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)
http://bit.ly/2IjABR9
February 19, 2019 at 10:07PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "China Batasi Impor Batu Bara Australia, Indonesia Untung"
Post a Comment