Namun naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 8,13%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu tenor 10 tahun dan 20 tahun juga menguat, tetapi seri 5 tahun masih terkoreksi.
Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai saat ini minat investor asing pada SUN sedang meningkat.
Peningkatan tersebut dapat lihat dari turunnya harga produk derivatif credit default swap (CDS) tenor 5-tahun menjadi 109 bps, dibanding awal Desember 2018 yakni 141 bps.
Naiknya CDS menunjukkan risiko investasi pada SUN berdenominasi dolar AS Indonesia sedang meningkat, dan sebaliknya jika harga CDS turun maka risiko dianggap sedang turun.
Sejak awal tahun hingga 1 Februari, Ariawan mencatat investor asing sudah membukukan beli bersih Rp 19,6 triliun, atau sekitar 34,3% dari total aksi beli asing pada 2018.
Nanti siang, pelaku pasar akan mencermati pengumuman PDB dan hasil lelang rutin sukuk negara yang digelar pemerintah.
Yield Obligasi Negara Acuan 6 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 4 Feb 2019 (%) | Yield 6 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 4 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.729 | 7.733 | 0.40 | 7.7473 |
FR0078 | 10 tahun | 7.845 | 7.828 | -1.70 | 7.8568 |
FR0068 | 15 tahun | 8.156 | 8.134 | -2.20 | 8.1345 |
FR0079 | 20 tahun | 8.282 | 8.27 | -1.20 | 8.2645 |
Avg movement | -1.18 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 512 bps, menyempit dari posisi awal pekan 514 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,7% dari posisi Senin kemarin 2,69%.
Yield US Treasury Acuan 4 Feb 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 4 Feb 2019 (%) | Yield 6 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.417 | 2.428 | 3 bulan-5 tahun | -8.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.522 | 2.524 | 2 tahun-5 tahun | 1.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.5 | 2.5 | 3 tahun-5 tahun | -1.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.513 | 2.512 | 3 bulan-10 tahun | -27.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.704 | 2.7 | 2 tahun-10 tahun | -17.6 |
Saat ini, inversi kembali terjadi pada US Treasury tenor 2 tahun-5 tahun dengan satuan 1,2 bps.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve) yang mencerminkan lebih berminatnya pelaku pasar pada tenor panjang dibanding dengan tenor pendek karena menilai ada risiko dalam jangka pendek.</span>
Tingginya minat pada tenor panjang membuat yield tenor tersebut menjadi lebih rendah daripada tenor pendek, serta menjadi sebuah anomali dan pertanda investor mengkhawatirkan kondisi ekonomi jangka pendek.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 912,84 triliun SBN, atau 37,44% dari total beredar Rp 2.437 triliun berdasarkan data per 1 Februari.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 19,59 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,73% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas melemah dan penguatan hanya terjadi di pasar India dan Thailand.
Di negara maju, pasar gilt di Inggris dan pasar US Treasury di AS masih menguat dan negara maju lain masih terkoreksi.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 4 Feb 2019 (%) | Yield 6 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.75 | 8.81 | 6.00 |
China | 3.135 | 3.15 | 1.50 |
Jerman | 0.165 | 0.171 | 0.60 |
Perancis | 0.577 | 0.579 | 0.20 |
Inggris | 1.231 | 1.23 | -0.10 |
India | 7.672 | 7.615 | -5.70 |
Italia | 2.795 | 2.82 | 2.50 |
Jepang | -0.013 | -0.013 | 0.00 |
Malaysia | 3.276 | 4.076 | 80.00 |
Filipina | 6.191 | 6.191 | 0.00 |
Rusia | 8.1 | 8.1 | 0.00 |
Singapura | 2.183 | 2.186 | 0.30 |
Thailand | 2.425 | 2.4 | -2.50 |
Turki | 14.02 | 14.02 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.704 | 2.7 | -0.40 |
Afrika Selatan | 8.59 | 8.6 | 1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)
http://bit.ly/2RHz1bk
February 06, 2019 at 05:03PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kinerja Emiten AS Dongkrak Harga SUN, Tenor Panjang Diburu"
Post a Comment