Selama ini, pengelolaan air di Jakarta dilakukan dalam skema kerja sama antara PD PAM Jaya dengan dua operator, yaitu PT Aetra di wilayah timur dan PT Palyja di wilayah barat. Perjanjian Kerja Sama (PKS) itu berlaku sejak 1998 dan baru akan berakhir 2023.
Anies mengatakan tujuan pengambilalihan adalah memperluas cakupan akses air sekaligus mengoreksi kebijakan yang dibuat pada masa orde baru. Menurut dia, pada mulanya cakupan layanan air ibu kota sebesar 44,5%.
"Sudah 20 tahun berjalan dari 25 tahun yang ditargetkan hanya meningkat menjadi 59,4% di 2017. Jadi selama 20 tahun hanya meningkat 14,9%. Target akhir 2023 82%," kata Anies.
Keputusan yang disampaikan Anies membuat kerja sama itu akan berakhir lebih lekas. Paling tidak Maret 2019 mendatang head of agreement sudah selesai.
"Dalam waktu satu bulan saya harap head of agreement tuntas. Saya tugaskan PD PAM Jaya," ujar Anies.
Lantas, siapa itu Aetra dan Palyja?
a. PT Aetra Air Jakarta (AETRA)
Dilansir dari situs resmi perseroan, Aetra didirikan pada 4 Desember 1997 dengan nama PT Kekar Thames Airindo sesuai UU Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan UU Nomor I Tahun 1967 tentang Penanaman Modal.
Saat itu, pemegang saham perusahaan terdiri dari Thames Water Overseas (TWOL) 80% dan PT Kekar Pola Airindo (KPA) 20%.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial setelah ditandatanganinya PKS dengan Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Khusus Ibukota Jakarta (PAM JAYA) pada 28 Januari 1998 dengan tanggal berlaku 1 Februari 1998 dan memiliki jangka waktu 25 tahun.
PKS ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengelola produksi dan distribusi air bersih di wilayah bagian timur DKI Jakarta. Sehubungan dengan proyek ini, pada tanggal 26 Oktober 1998 nama perusahaan berganti, menjadi PT Thames PAM JAYA (TPJ) dengan struktur kepemilikan saham terdiri dari TWOL 95% dan KPA 5%.
Pemegang Saham Aetra adalah Acuatico Pte. Ltd dengan kepemilikan sebesar 95% dan PT Tamaris Prima Energi sebesar 5%. Wilayah operasional Aetra adalah sebelah timur Sungai Ciliwung meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, sebagian wilayah Jakarta Pusat, dan seluruh wilayah Jakarta Timur.
Salah satu sosok yang sempat memiliki saham Aetra adalah calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno. Saat terpilih sebagai wakil gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017, Sandi melepas saham PT Aetra Air Jakarta.
"Pertama saya ingin tidak ada benturan kepentingan, saya tahu sistem jual saham itu susah dan repot. Tapi intinya kita tidak ingin potensi KKN (korupsi, kolusi, nepotisme)," kata Sandi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (12/10), seperti dikutip CNN Indonesia.
Sandi menjual saham di PT Aetra Air Jakarta pada Agustus lalu. Saat itu Grup Salim mencaplok mayoritas saham tiga perusahaan penyedia air bersih yaitu PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang dan PT Acuatico Air Indonesia, dari genggaman Grup Recapital, bentukan Rosan Roeslani dan Sandiaga Uno.
Foto: aetra (dok. Aetra)
|
b. PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja)
Dilansir dari situs resmi perseroan, Palyja hadir untuk meningkatkan penyediaan dan pelayanan air bersih kepada masyarakat di wilayah Barat DKI Jakarta sejak 1 Februari 1998. Hal itu tertuang dalam 25 tahun kerja sama dengan PAM Jaya.
Salah satu misi Palyja adalah memberikan kepuasan pelanggan dengan pelayanan prima, dengan menyediakan air bersih dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi harapan pelanggan melalui operasi unggul dan inovatif.
Setelah 21 tahun beroperasi, Palyja mengklaim telah berhasil meningkatkan akses air bersih menjadi lebih dari 406 ribu sambungan bagi lebih dari tiga juta penduduk di wilayah Barat DKI Jakarta.
Berikut adalah pemangku kepentingan Palyja:
Foto: Key Stakeholders Palyja (dok. Palyja)
|
http://bit.ly/2SIb9Jh
February 11, 2019 at 09:40PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Siapa Aetra-Palyja, Pengelola Air Jakarta yang Didepak Anies?"
Post a Comment