
Perdagangan atas saham BIRD berlangsung sangat ramai. Mengutip Yahoo Finance, saham BIRD ditransaksikan sebanyak 3,88 juta unit hingga berita ini diturunkan, jauh di atas rata-rata volume transaksi hariannya yang hanya sebanyak 317.198 unit saja.
Investor gencar memburu saham BIRD seiring dengan kabar bahwa konglomerasi asal Jepang yakni Sumitomo telah masuk menjadi pemegang saham perusahaan. Sumitomo dilaporkan memegang sebanyak 2% saham BIRD terhitung sejak Desember 2018 silam.
Hal tersebut tertuang dalam riset Mandiri Sekuritas yang terbit pada tanggal 4 Februari, berdasarkan keterangan perseroan dalam Mandiri Investment Forum 2019.
"Sumitomo sudah membeli 2% saham BIRD pada Desember 2018 dan menjadi rekan strategis untuk mendorong jasa mobilitas (mobility service) Blue Bird," tulis analis Mandiri Sekuritas Edbert Surya dalam risetnya.
Tapi, bagaimana sebenarnya kondisi fundamental dari BIRD? Jika berbicara mengenai BIRD, ada baiknya jika kita membandingkannya dengan emiten operator taksi lainnya yakni PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI).
Melansir data Refinitiv, sepanjang 9 bulan pertama 2018, BIRD membukukan pendapatan senilai Rp 3,11 triliun. Sementara itu, pada periode yang sama pendapatan TAXI adalah senilai Rp 187,02 miliar.
Perbedaan yang begitu kontras antar kedua perusahaan terlihat pada pos pendapatan operasional. Sepanjang 9 bulan pertama 2018, pendapatan operasional BIRD tercatat senilai Rp 418,9 miliar, sementara TAXI justru membukukan rugi operasional senilai Rp 577,78 miliar.
Karena masih bisa membukukan pendapatan dari kegiatan operasional, BIRD mampu membukukan laba bersih senilai Rp 334,67 miliar sepanjang 9 bulan pertama 2018. Sementara itu, karena dari kegiatan operasional saja sudah merugi, TAXI membukukan kerugian bersih senilai Rp 537,96 miliar pada periode 9 bulan pertama 2018.
Terlepas dari adanya kehadiran taksi online seperti GO-CAR dan Grab, nyatanya BIRD masih bisa bertahan, walaupun memang tekanan terhadap penjualan dan laba bersih perusahaan jelas terlihat.
Salah satu kunci sukses perusahaan adalah dengan menggandeng penyedia jasa layanan taksi online sebagai mitranya, menghasilkan GO-BLUEBIRD. Melalui kemitraan ini, taksi Blue Bird bisa dipesan melalui aplikasi GO-JEK layaknya GO-CAR.
Jadi, secara fundamental memang terdapat tekanan bagi BIRD, namun kinerja BIRD masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan TAXI.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
http://bit.ly/2BqUdgm
February 07, 2019 at 10:44PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sumitomo Masuk, Bagaimana Fundamental Blue Bird?"
Post a Comment