
"Korespondensi sih kami sudah lakukan, artinya sudah cukup lama kami pantau dari sisi pelaksanaan kegiatan operasionalnya setelah suspensi. Jadi walaupun dia memasuki 24 bulan [suspensi], kami tidak serta merta cut delisting," tegasnya.
Selain itu, katanya, BEI juga memastikan itikad baik perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus disampaikan kepada publik.
"Dua hal itu yang berhubungan, pertama informasi, kalau enggak ada di pasar, dia sudah sampaikan kepada kita. Jadi diyakinkan dari sisi operasional. Tadi kan sudah disampaikan bahwa sektor mining [tambang] sudah mulai kelihatan naik, apakah secara entitas seperti itu atau tidak, itu kami pastikan."
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan suspensi saham BORN dibuka, Nyoman menegaskan dua syarat itu yang perlu diselesaikan oleh perusahaan batu bara itu.
BEI juga berencana mempertimbangkan melakukan kunjungan atau site visit di tambang milik Borneo untuk memastikan, "bahwa bukan hanya on paper datanya tapi juga secara faktual. Sehingga kita tahu klien bisnisnya jalan atau tidak, bukan hanya informasi di paper," tegasnya.
Posisi terakhir saham BORN ketika disuspensi yakni di level Rp 50/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 885 miliar.
Dari sisi kinerja, hingga September 2018, penjualan Borneo anjlok 92% menjadi US$ 16,11 juta atau sekitar Rp 226 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari September 2017 yang mencapai US$ 194,64 juta.
Semua penjualan disokong oleh penjualan ekspor ke perusahaan asal Dubai, Uni Emirat Arab, yakni Rescom Mineral Trading FZE.</span> Anjloknya penjualan ini membuat perseroan masih membukukan rugi bersih US$ 8,06 juta, dari tahun sebelumnya yang masih mencetak laba US$ 56,75 juta.
Meski demikian, secara bruto, perseroan membukukan laba bruto US$ 132.793 dari sebelumnya laba bruto US$ 82,32 juta.
Borneo disokong oleh setidaknya tiga anak usaha yakni PT AKT, PT Borneo Mining Services di Kalimantan Tengah dan bergerak di bidang penyewaan alat berat, dan satu lagi yakni Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd, perusahaan investasi yang berbasis di Singapura.
"Mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan Agustus 2018 dan saham BORN telah disuspensi sejak Juli 2018, saya rasa bisa saja di-delisting jika memenuhi kriteria," kata William Hartanto, kepada CNBC Indonesia, Selasa (19/3/2019).
https://ift.tt/2TjFMkt
March 20, 2019 at 11:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Saham BORN Bisa Selamat dari Delisting, Penuhi 2 Syarat Ini"
Post a Comment