Salah satu upaya terbaru pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mengimbau perbankan nasional untuk berinovasi mengeluarkan produk pembiayaan untuk pendidikan atau pinjaman pendidikan (student loan), seperti yang dilakukan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada awal tahun lalu.
Student loan merupakan skema pinjaman terkait biaya pendidikan untuk menempuh perguruan tinggi, yang kadang termasuk biaya hidup. Pinjaman pendidikan tersebut bisa dibayar setelah siswa lulus dari perguruan tinggi atau setelah siswa bekerja. Pelunasannya sendiri bisa melalui cicilan yang jumlahnya disesuaikan dengan gaji peminjam.
Jokowi mencontohkan negara Amerika Serikat (AS) yang menurutnya sudah sukses menyalurkan student loan senilai hingga US$1,3 triliun (Rp 17.888 triliun).
Dengan tingginya biaya pendidikan di AS, tidak mengherankan jika banyak pelajarnya mengandalkan pinjaman pendidikan. Namun ternyata, kisah student loan di AS tidak seindah yang terlihat.
Dilansir dari CNBC International, sekitar 70% mahasiswa perguruan tinggi di negara itu lulus dengan beban pinjaman yang sangat banyak yang harus diselesaikan.
Berdasarkan laporan Student Debt Relief per September 2018, ada 37 Juta orang di AS yang memiliki utang pinjaman siswa. Jumlah itu hampir 10% dari populasi negara itu.
Foto: Infografis, Arie Pratama
|
Pada 2010, jumlah total utang pinjaman pelajar di Amerika mencapai US$ 830 Miliar. Pada tahun 2013, jumlah itu telah tumbuh menjadi lebih dari US$ 1 Triliun dan diperkirakan akan terus bertambah sebanyak 10% per tahun. Jumlah utang rata-rata per rumah tangga dengan pinjaman pelajar adalah lebih dari US$ 25.000.
Bloomberg News melaporkan, utang pinjaman mahasiswa AS mencapai rekor US$ 1,465 triliun bulan September tahun lalu dan bahkan ada sekelompok peminjam yang mengalami kesulitan membayar kembali pinjaman mereka, menurut data sekuritisasi pinjaman mahasiswa yang dianalisis Bloomberg. Utang pendidikan ini meningkatkan risiko fiskal negara.
"Lebih dari 90% pinjaman siswa dijamin oleh Departemen Pendidikan AS, yang berarti bahwa jika resesi menyebabkan peningkatan pengangguran kaum muda dan memicu gagal bayar massal, utang kontinjensi ini dapat dipastikan memberatkan anggaran pemerintah AS," kata Paul Della Guardia, Ekonom di Institut Keuangan Internasional dalam komentar melalui email.
Tingkat utang mahasiswa tersebut lebih dari dua kali lipat dari total US$ 675 miliar utang yang tercatat pada Juni 2009 ketika resesi berakhir.
Suku bunga pinjaman siswa langsung yang dicairkan pada atau setelah 1 Juli 2018, dan sebelum 1 Juli 2019 lebih dari 100 basis poin lebih tinggi daripada yang dikeluarkan pada 2012 menambah kekhawatiran tentang besarnya utang pinjaman mahasiswa yang belum dibayar.
Banyak peminjam student loan menghadapi beban utang yang signifikan. Pada 2012 ada lebih dari 2,7 juta orang memiliki pinjaman pendidikan lebih dari US$ 100.000, sekitar 700.000 orang di antaranya memiliki utang sebesar US$ 200.000 atau lebih, menurut data dari Departemen Pendidikan AS. Satu tahun sebelumnya, ada 2,5 juta orang meminjam lebih dari US$ 100.000.
Simak video tentang cuan bisnis bilbel online di bawah ini:
(roy/roy)
http://bit.ly/2IkRV8y
February 17, 2019 at 02:43AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Student Loan, Tumpukan Utang dan Ancaman Risiko Fiskal Negara"
Post a Comment