Alasannya, meski investor asing banyak suntik startup unicorn, pendiri (founder) asal Indonesia tetap menjadi pemimpin perusahaan. Hal ini karena model bisnis startup dengan perusahaan konvensional berbeda.
"Pemikiran model konvensional, kita kini [perusahaan] patungan, yang paling tinggi [kepemilikan] sahamnnya jadi dirut (direktur utama). Kalau investasi masuk ke decacorn (startup bervaluasi di atas US$10 miliar) founder nggak boleh keluar," jelas Rudiantara dalam diskusi Investasi Unicorn Buat Siapa di Jakarta, Selasa 926/2/2019).
"Investor [startup] pada umumnya hanya financial investor, dilihat startup Indonesia bahwa investor dalam negeri masuk seperti Djarum dan Astra ke Go-Jek paling mentok investor jadi komisaris bukan manajemen. CEO dan Founder itu selalu Founder."
Menurut Rudiantara, investor asing melakukan hal tersebut karena mereka percaya pada sumber daya manusia Indonesia.
"Jadi yang mahal itu Nadiem (Go-Jek), Zaky (Bukalapak) nggak boleh keluar dari unicorn," jelas Rudiantara.
Rudiantara mengatakan, mudah-mudahan dalam waktu dekat Indonesia punya startup decacorn.
"Saat ini ada startup hectocorn (valuasi di atas US$100 miliar) belum listed. Tetapi ada juga decacorn yang sudah listed," jelas Rudiantara.
Saksikan video penjelasan tentang startup unicorn di bawah ini:
(roy/wed)
https://ift.tt/2Nwq83L
February 27, 2019 at 01:10AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Unicorn Dikuasai Asing, Rudiantara: yang Mahal Itu Nadiem Cs"
Post a Comment