Search

Pasar Tak Kondusif, Lelang Sukuk Negara Hanya Laku Rp 5 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan Rp 5,16 triliun surat utang berharga negara (SBSN/sukuk negara) dalam lelang rutin hari ini. Dalam lelang tersebut (28/5/19), pemerintah menyerap permintaan sebesar Rp 13,48 triliun dari peserta lelang. Angka penerbitan sukuk negara itu berada dalam rentang bawah penerbitan sejak awal tahun yaitu Rp 5,07 triliun-Rp 10,12 triliun. Penerbitan tersebut juga masih lebih rendah daripada rerata penerbitan SBSN sejak awal tahun Rp 7,67 triliun dan di bawah target indikatif penerbitan pemerintah Rp 6 triliun. Meskipun demikian, angka penerbitan hari ini masih lebih tinggi daripada lelang sukuk negara sebelumnya yang digelar pada 14 Mei.  Nilai rendah penerbitan tersebut salah satunya disebabkan belum kondusifnya pasar keuangan di tengah terpaan sentimen negatif global, setelah lolos dari sentimen negatif dari bentrok di seputaran pengumuman hitungan pilpres pekan lalu. Harga surat utang negara (SUN) rupiah pemerintah hari ini turun, tidak senada dengan apresiasi yang justru terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,2 basis poin (bps) menjadi 7,52%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 28 Mei'19

 
Seri Jatuh tempo Yield 27 Mei'19 (%) Yield 28 Mei'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 28 Mei'19
FR0077 5 tahun 7.471 7.523 5.20 7.4871
FR0078 10 tahun 7.908 7.959 5.10 7.9459
FR0068 15 tahun 8.358 8.407 4.90 8.4024
FR0079 20 tahun 8.422 8.445 2.30 8.4125
Avg movement 4.37
Sumber: Refinitiv  Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  Indeks tersebut turun 0,66 poin (0,27%) menjadi 244,96 dari posisi kemarin 245,63. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 567 bps, melebar dari posisi kemarin 558 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,28% dari posisi kemarin 2,32%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS seri II kembali memanas pada April ini. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.Yield US Treasury Acuan 28 Mei'2019 
Seri Benchmark Yield 27 Mei'19 (%) Yield 28 Mei'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.355 2.37 3 bulan-5 tahun 28
UST 2020 2 Tahun 2.175 2.145 2 tahun-5 tahun 5.5
UST 2021 3 Tahun 2.114 2.081 3 tahun-5 tahun -0.9
UST 2023 5 Tahun 2.132 2.09 3 bulan-10 tahun 8.3
UST 2028 10 Tahun 2.329 2.287 2 tahun-10 tahun -14.2
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951 triliun SBN, atau 38,07% dari total beredar Rp 2.498 triliun berdasarkan data per 24 Mei.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 57,75 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Meskipun demikian, sepanjang Mei ini investor asing sudah keluar dari pasar SUN senilai Rp 11,57 triliun dan sepekan lalu nilai dana asing keluar mencapai Rp 3,43 triliun. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 1,08%. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan banyak terjadi yaitu di India, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan juga banyak terjadi yaitu di pasar bund Jerman, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury. Hal tersebut mencerminkan investor sedang memburu instrumen yang dianggap lebih aman (safe heaven) dibanding pasar ekuitas, salah satunya pasar obligasi pemerintah.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 27 Mei'19 (%) Yield 28 Mei'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.8 8.8 0.00
China 3.35 3.358 0.80
Jerman -0.116 -0.149 -3.30
Perancis 0.26 0.261 0.10
Inggris 0.957 0.932 -2.50
India 7.227 7.152 -7.50
Jepang -0.066 -0.068 -0.20
Malaysia 3.821 3.819 -0.20
Filipina 5.723 5.685 -3.80
Rusia 7.96 7.95 -1.00
Singapura 2.127 2.113 -1.40
Thailand 2.44 2.43 -1.00
Amerika Serikat 2.329 2.287 -4.20
Afrika Selatan 8.36 8.43 7.00
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2EE9Lir
May 29, 2019 at 01:22AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasar Tak Kondusif, Lelang Sukuk Negara Hanya Laku Rp 5 T"

Post a Comment

Powered by Blogger.