Search

Manufaktur Jepang dan China Terkontraksi, Harga Minyak Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen negatif nampaknya semakin dominan mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah pada sore hari ini (28/2/2019).

Hingga pukul 15:45 WIB harga minyak jenis Brent turun 0,71% ke posisi US$ 65,92/barel, sedangkan lightsweet (WTI) melemah 0,54% ke level US$ 56,63/barel.

Koreksi harga minyak terjadi setelah naik cukup taja, kemarin (27/2/2019), dimana Brent dan WTI melesat masing-masing sebesar 1,81% dan 2,59%.

Pada posisi yang sekarang, harga minyak sudah turun sekitar 1,1% selama sepekan (point-to-point). Sedangkan sejak awal tahun si emas hitam ini mampu membukukan penguatan harga sekitar 23%.

Aktivitas industri di Jepang dan China yang ternyata masih tertekan akibat perekonomian global yang melambat memberi energi negatif yang cukup kuat menekan harga minyak.

Hal tersebut tercermin dari Purchasing Manager's Indeks (PMI) manufaktur China periode Februari yang dibacakan di posisi 49,2. Lebih rendah dari prediksi konsensus pasar yang sebesar 49,5 dan sekaligus menjadi yang terendah dalam 3 tahun. Sebagai informasi, angka di bawah 50 berarti terjadi kontraksi, dan berlaku sebaliknya.

Nasib serupa juga terjadi di Jepang, dimana produksi pabrik periode Januari turun 3,7% month-to-month (MtM). Ini merupakan indikator yang kuat menggambarkan ekonomi Negeri Sakura yang masih tertekan akibat lesunya permintaan dari China.

Saat kegiatan produksi pabrik melambat, maka dampaknya juga bisa mempengaruhi permintaan energi. Alhasil pelaku pasar kembali memperhitungkan turunnya permintaan minyak lebih dalam. Harga minyak pun kelebihan beban.

Untungnya, gerakan mengurangi pasokan minyak dunia yang dimotori oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya (termasuk Russia) bisa memberi sokongan yang mencegah harga turun lebih dalam.

Seperti yang telah luas diketahui, pada awal Desember 2018 silam, OPEC dan sekutunya telah bersepakat untuk mengurangi pasokan minyak sebesar 1,2 juta barel/hari yang dimulai sejak awal Januari

Selain itu, Energi Information Administration (EIA) melaporkan bahwa inventori minyak mentah Amerika Serikat (AS) untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari turun hingga 8,6 juta barel dari minggu sebelumnya. Sama halnya dengan inventori bensin yang juga terkuras 1,6 juta barel.

Artinya, tingkat konsumsi masyarakat AS masih terbilang cukup baik, bahkan di atas ekspektasi pasar.

TIm RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2VppVSJ
February 28, 2019 at 11:52PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Manufaktur Jepang dan China Terkontraksi, Harga Minyak Loyo"

Post a Comment

Powered by Blogger.