
Aksi ambil untung juga bersamaan dengan sentimen negatif perang dagang yang melanda pasar global.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan dengan koreksi terbesar adalah FR0078 bertenor 10 tahun, dengan kenaikan yield 4,4 basis poin (bps) menjadi 7,83%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu tenor 5 tahun dan 20 tahun juga terkoreksi, sedangkan tenor 15 tahun masih menguat.
Aksi profit taking yang mulai terjadi kemarin dinilai wajar karena penguatan yang cukup besar dan curam dalam beberapa hari terakhir.
Enry Danil, Head of Fixed Income PT Syailendra Capital, menilai investor asing yang sudah menuai untung dalam 3 bulan terakhir di pasar SUN sudah mengalami dua keuntungan.
"Keuntungan pertama dari return selisih kenaikan harga (capital gain) sekitar 6% dalam 3 bulan, lalu mereka juga untung dari penguatan rupiah sekitar 7%, sehingga total keuntungan mereka sudah 13% dan tidak heran kalau mereka sudah mulai profit taking," ujarnya dalam wawancana CNBC TV pagi ini (8/2/19).
Meskipun demikian, untuk jangka menengah panjang (3 tahun-5 tahun), dia masih meyakini obligasi pemerintah rupiah masih menarik di mata investor asing, terutama karena real return dari investasi di pasar SUN masih menjadi yang paling tinggi ketiga dibanding negara berkembang lain.
Posisi real return pasar obligasi Indonesia, turut Enry, masih menarik karena laju inflasi Indonesia saat ini di kisaran 3% sudah sangat rendah dan lebih baik dibanding 5 tahun yang lalu.
Yield Obligasi Negara Acuan 8 Feb 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 7 Feb 2019 (%) | Yield 8 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 7 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.701 | 7.717 | 1.60 | 7.6695 |
FR0078 | 10 tahun | 7.79 | 7.834 | 4.40 | 7.7617 |
FR0068 | 15 tahun | 8.036 | 8.027 | -0.90 | 7.9917 |
FR0079 | 20 tahun | 8.166 | 8.174 | 0.80 | 8.1381 |
Avg movement | 1.47 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 923,77 triliun SBN, atau 37,89% dari total beredar Rp 3.417 triliun berdasarkan data per 6 Februari 2019.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 13,84 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya naik dari 37,72% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di pasar India, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan terjadi hanya di pasar bund Jerman.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 7 Feb 2019 (%) | Yield 8 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.93 | 8.98 | 5.00 |
China | 3.135 | 3.15 | 1.50 |
Jerman | 0.113 | 0.107 | -0.60 |
Perancis | 0.544 | 0.549 | 0.50 |
Inggris | 1.178 | 1.181 | 0.30 |
India | 7.566 | 7.501 | -6.50 |
Italia | 2.948 | 2.954 | 0.60 |
Jepang | -0.008 | -0.025 | -1.70 |
Malaysia | 4.047 | 4.029 | -1.80 |
Filipina | 6.193 | 6.206 | 1.30 |
Rusia | 8.14 | 8.14 | 0.00 |
Singapura | 2.169 | 2.127 | -4.20 |
Thailand | 2.415 | 2.4 | -1.50 |
Turki | 14.03 | 14.35 | 32.00 |
Amerika Serikat | 2.654 | 2.648 | -0.60 |
Afrika Selatan | 8.635 | 8.655 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
http://bit.ly/2BpSyYy
February 08, 2019 at 05:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Profit Taking Tak Terhindar, Harga Obligasi RI Terkoreksi"
Post a Comment