Guru Besar Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, impor pangan sudah tentu akan menjadi perdebatan yang cukup panas karena volumenya relatif besar dalam lima tahun terakhir.
Dia menjelaskan, saat pemerintahan Jokowi-JK dimulai di akhir 2014, total impor 21 komoditas pertanian sub-sektor tanaman pangan sudah sebesar 18,2 juta ton di tahun itu. Jumlah ini kemudian naik menjadi 22 juta ton di tahun lalu.
Kemudian untuk 7 komoditas utama, yakni 6 komoditas pertanian dan satu komoditas perkebunan yakni gula, total impor di 2014 sebesar 21,7 juta ton dan naik menjadi 27,3 juta ton di tahun lalu.
"Siapapun yang memimpin memang sudah masuk ke dalam apa yang saya sebut sebagai food import trap [jebakan impor pangan]," kata Andreas kepada CNBC Indonesia, Minggu (17/2/2019).
Ekonom senior Indef Faisal Basri juga menyinggung soal impor, dari jagung, gula, sampai garam. "Kalau yang kelihatannya setelah jagung langka, harga naik, petani menjerit, peternak menjerit, Pak Darmin (Menko Perekonomian Darmin Nasution) bilang, impor...," ujar Faisal.
Sebelum membicarakan impor jagung, Faisal menyinggung impor gula. Pertanyannya, mengapa alokasi impor gula ditingkatkan? Karena menurut pedagang-pedagang stok yang ada menipis. Hal itu bukanlah hasil observasi pemerintah sendiri.
"Jadi pengusaha diundang ke kantor Kemenko Perekonomian. 'Bagaimana nih? tipis pak', wah, langsung impor. Padahal stoknya banyak tapi masih di produsen. Dibikin naik dulu kan, harga jadi tinggi, wah lezat kan, sedap.. itu yang terjadi. Rapatnya di kantor Kemenko," kata Faisal.
Hal yang terjadi pada gula, juga terjadi pada jagung. Situasi diperparah setelah ada klaim surplus jagung 20 juta ton, namun yang terjadi harga malah terus mengalami kenaikan. Sesuatu yang dinilai Faisal mustahil.
Ombudsman RI sebelumnya menyebut impor jagung Indonesia kurun waktu 4 tahun ke belakang (2015-2018) lebih kecil dibanding periode 2010-2014. Pada 4 tahun terakhir impor mencapai 5,7 juta ton, sementara periode sebelumnya mencapai 12,9 juta ton.
Penurunan drastis ini terjadi pada 2016 karena pemerintah membatasi impor jagung hanya 1,3 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang mencpai 3,3 juta ton dengan alasan produksi dalam negeri meningkat dan sebagai upaya melindungi petani.
Namun, pembatasan impor jagung untuk pakan menyebabkan impor gandum meningkat. Tidak ada enjelasan yang pasti dari Pemerintah atas kebijakan ini, kata Ombudsman.
Foto: Sumber: USDA, ITC, dan BPS. Diolah
|
Impor Gula dan Garam
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, tahun ini Indonesia masih akan mengimpor gula mentah (raw sugar) dan garam untuk kebutuhan industri di 2019. Namun, jumlah kuota impor akan lebih rendah dari tahun 2018.
Kuota impor gula mentah yang diberikan pemerintah tahun ini sekitar 2,8 juta ton. Adapun kuota impor gula awal tahun lalu mencapai 3,6 juta ton. Kuota impor garam industri untuk tahun depan diputuskan sebesar 2,7 juta ton, jauh lebih rendah dari tahun ini yang mencapai 3,7 juta ton.
Ombudsman RI awal tahun ini mengungkapkan, jumlah impor gula selama kurun waktu 4 tahun (2015-2018) mencapai 17,2 juta ton atau lebih tinggi 4,5 juta ton dibanding periode 2010-2014 yang mencapai 12,7 juta ton.
Peningkatan impor ini, dikatakan anggota Ombudsman Ahmad Alamsyah Saragih, karena pertumbuhan industri makanan dan minuman yang jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Ia membeberkan, intensitas impor gula terhadap nilai tambah riil industri makanan dan minuman pada periode 2014-2018 juga alami peningkatan. Pada periode 2010-2014 mencapai 5.862 ton gula impor untuk setiap Rp1 triliun nilai tambah riil industri makanan dan minuman.
Sementara, lanjut Ahmad Alamsyah, untuk kurun waktu 2015-2018 intensitas meningkat menjadi 6.950 ton untuk setiap Rp1 triliun nilai tambah riil industri makanan dan minuman.
Di sisi lain, impor garam juga mengalami kenaikan dalam kurun waktu 2015-2018 dengan total impor sebesar 12,3 juta ton. Impor tertinggi terjadi di 2018 mencapai 3,7 juta ton. Di pertengahan 2017, lanjut Ahmad Alamsyah, harga garam mengalami lonjakan tak wajar. Lonjakan harga itu kemudian direspons dengan kebijakan impor di awal tahun 2018 dengan persetujuan mencapai 3,7 juta ton.
"Keputusan impor sebesar 3,7 juta ton tidak disertai rekomendasi dari Menteri Kelautan dan Peirkanan sebagaimana amanat UU No 7/2016." katanya.
Saksikan video neraca dagang RI tekor akibat impor yang tak perlu di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC] (gus/gus)
http://bit.ly/2SZWtVO
February 17, 2019 at 10:44PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sandungan Jokowi di Debat Capres Kedua: Impor Pangan!"
Post a Comment