Hasil survei memprediksikan sebanyak 30% dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase fraud Grab yang diperkirakan hanya 5%. Angka tersebut berdasarkan estimasi jumlah order fraud dibandingkan jumlah total order yang diterima.
Riset lain dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Riset dilakukan dengan metode survei kepada 516 mitra pengemudi dari dua perusahaan transportasi online terbesar, yaitu Grab dan Gojek.
Survei ini dilakukan pada 16 April-16 Mei 2018 lalu di Jakarta, Bogor, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Metode survei yang digunakan adalah non-probability atau convenient sampling.
Hasil riset menunjukan bahwa 42% mitra pengemudi percaya bahwa Go-Jek adalah platform dengan order fiktif paling banyak terjadi. Sementara 28% mitra pengemudi mengatakan bahwa di Grab order fiktif lebih banyak terjadi.
Nah, Grab Holdings telah menyatakan genderang perang dengan Opik (order fiktif). Aplikasi berbagi transportasi terbesar di Asia Tenggara ini menargerkan opik bisa di bawah 1% pada tahun ini.
Co Founder Grab, Hooi Ling Tan mengatakan order fiktif merupakan salah satu musuh utama dalam industri transportasi online. Saat ini hampir 30-50% dari total pesanan industri transportasi online merupakan fiktif.
"Tuyul atau opik sangat merupakan musuh semua pihak baik pelanggan, perusahaan dan pemegang saham Grab. Kami ingin praktek ini tidak ada lagi di Grab agar layanan kami semakin bagus lagi," ujarnya di Jakarta, Selasa (11/12/2018).
Hooi Ling Tan menambahkan Grab akan terus melakukan investasi pada teknologi dan sumber daya manusia untuk mengurangi bahkan membasmi praktik Opik.
Sebelumnya Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, mengatakan pihaknya berinvestasi besar di segi engineering dan teknologi seperti model machine learning, penggunaan analisa data dan model statistik untuk memprediksi dan mengidentifikasi tindak kecurangan, serta teknologi verifikasi wajah pengemudi, guna membasmi tindakan penipuan dalam platform.
"Tindakan penipuan, termasuk pemasangan aplikasi fake GPS, peminjaman atau pembelian akun, atau pemesanan fiktif (opik - order fiktif), merupakan tindakan yang mengancam keselamatan penumpang dan merusak reputasi mitra pengemudi yang bekerja keras dengan jujur," ujar Ridzki, Jumat (30/11/2018).
Saksikan video demo driver ojek online yang menuntut penghapusan tarif promosi di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob)
http://bit.ly/2Dbryfi
February 07, 2019 at 09:59PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tak Seperti Go-Jek, Ini Strategi Grab Tekan Order Fiktif"
Post a Comment