Ekonom senior Chatib Basri memproyeksikan neraca perdagangan pada Februari 2019 kembali mencatakan defisit sebesar 700-800 juta dollar AS, lebih rendah dari periode Januari 2019 yang defisit 1,2 milliar dollar AS.
Sementara itu, mengacu pada konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias minus 4,26% year-on-year (YoY), impor naik tipis 0,4% YoY, dan neraca perdagangan minus US$ 841 juta.
Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup dengan penguatan sebesar 0,56% ke level 6.413,27. IHSG lantas kembali menembus level psikologis 6.400.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Hang Seng naik 0,15%, indeks Straits Times naik 0,08%, dan indeks Kospi naik 0,34%. Sementara itu, indeks Shanghai anjlok 1,2% dan indeks Nikkei melemah 0,02%.
Director PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai sentimen pergerakan IHSG hari ini akan diwarnai oleh rilis data neraca perdagangan yang disinyalir berada dalam kondisi yang cukup baik. "Hal ini tentunya dapat menjadi faktor yang dapat menopang kenaikan lanjutan pada IHSG hingga beberapa waktu mendatang," kata William, Jumat (15/3/2019).
Indosurya memperkirakan, hari ini IHSG akan melaju pada level 6.336 - 6.498.
Panin Sekuritas menyebutkan, penguatan IHSG pada perdagangan kemarin menunjukkan indikator rebound sudah tepat dan Stochastic menunjukkan bahwa line baru saja keluar dari area oversold yang mana berarti ruang penguatan masih ada.
Di sisi lain, karena hari ini adalah perdagangan di akhir pekan dan akan dirilis data neraca perdagangan, diperkirakan ada tekanan aksi jual pelaku pasar yang cukup kuat. "Hari ini IHSG berpotensi menguat dalam 6.370 - 6.450," tulis Panin Sekuritas, dalam riset hariannya. (hps/hps)
https://ift.tt/2HyLVXU
March 15, 2019 at 03:47PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hati-hati! Neraca Dagang Bisa Jadi Racun atau Madu untuk IHSG"
Post a Comment