
Rilis data ekonomi yang positif menjadi momok bagi pelemahan Wall Street. Ekspektasi bahwa Bank Sentral AS/The Fed akan bersikap dovish nampaknya bisa terpatahkan karena adanya peningkatan jumlah pelamar kredit kepemilikan rumah (KPR).
Sebagai informasi, pengumuman hasil suku bunga acuan The Fed akan dirilis Kamis (21/3/2019) dini hari pukul WIB 2:00, yang kemudian disusul dengan press conference pada pukul 2:30 WIB.
Berdasarkan indeks seasonal Asosiasi Bankir KPR AS (the Mortgage Bankers Associations), jumlah aplikasi KPR meningkat 1,6% minggu kemarin jika dibandingkan minggu sebelumnya. Kenaikan ini lebih tinggi 1,8% dibadingkan tahun lalu.
Kenaikan aplikasi ini didukung oleh suku bunga KPR yang turun menjadi 4,55% dari 4,64%. Penurunan ini berlaku untuk pinjaman di bawah US$ 484 ribu atau di bawah Rp 6,87 miliar.
"Tingkat suku bunga KPR turun sekali lagi pekan lalu karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan status Brexit yang terus mendorong permintaan investor akan surat utang negara AS, yang akhirnya mendorong penurunan yield (perolehan)", ujar Joeal Kan, Wakil Presiden di bidang proyeksi ekonomi dan industri dari Mortgage Banker Association (Asosiasi Bankir KPR) seperti dilansir CNBC International.
Pengumuman ini menunjukkan masyarakat AS masih konsumtif di tengah perlambatan ekonomi global. Alhasil, ada kemungkinan The Fed justru mencoba menggerek suku bunga acuan.
Selain itu, kekhawatiran China akan mundur dari kesepakatan dagang juga membuat investor khawatir. Kabar terbaru dari menyebutkan bahwa jika tidak ada jaminan penghapusan tarif impor US$ 250 miliar yang rencananya akan dibebankan pada China, maka pihak Xi Jinping enggan untuk menyepakati kesepakatan damai.
China memandang AS terlalu egois karena menginginkan pengawasan yang sangat ketat tanpa memberikan jaminan penghapusan tarif impor. Pengawasan tersebut terkait perlindungan hak kekayaan intelektual, penghapusan kewajiban transfer teknologi bagi investasi asing di China, nilai tukar yuan yang lebih mencerminkan fundamental dan mekanisme pasar, atau penghapusan subsidi di berbagai sendi perekonomian Negeri Tirai Bambu.
Jika negosiasi dagang ini semakin terlarut-larut, makan kemungkinan perang dagang terekskalasi menjadi semakin besar. Investor tentunya memilih mundur dari bursa saham Amerika.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data Non-Manufacturing PMI periode Februari 2019 versi ISM yang akan diumumkan pada pukul 22:00 WIB. Masih pada pukul 22:00 WIB, angka penjualan hunian baru periode Desember 2018 akan dirilis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dru)
https://ift.tt/2Tk33ml
March 21, 2019 at 02:30AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wall Street Diproyeksi Melemah, Ini Beberapa Faktornya"
Post a Comment