
Dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 25 mencatatkan kenaikan harga, 1 saham melemah, sementara 4 saham tak mencatatkan perubahan harga.
Dari dalam negeri, sejatinya rilis data ekonomi membawa kabar yang tak mengenakan bagi indeks Straits Times. Pada pagi hari ini, ekspor non-minyak Singapura diumumkan anjlok hingga 10,1% YoY pada bulan Januari, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan pelemahan sebesar 1,6% YoY saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Perkembangan terkait negosiasi dagang AS-China yang positif membuat bursa saham Singapura menjadi incaran investor. Pada hari Senin hingga Rabu minggu lalu, negosiasi dagang tingkat wakil menteri dilangsungkan di Beijing, disusul oleh negosiasi tingkat menteri pada hari Kamis dan Jumat.
Negosiasi tingkat menteri tersebut melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.Pasca negosiasi selesai digelar, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan resminya, mengatakan bahwa diskusi yang mendetil dan intensif antar kedua belah pihak telah menciptakan kemajuan. Namun, Gedung Putih mengatakan bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Sebagai tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan akan digelar di Washington pekan ini pada level menteri dan wakil menteri.
Dengan adanya negosiasi dagang lanjutan ini, pelaku pasar menaruh harapan bahwa kesepakatan dagang bisa tercapai, atau setidaknya hati Presiden AS Donald Trump terunggah untuk memperpanjang periode gencatan senjata bidang perdagangan dengan China yang akan berakhir pada tanggal 1 Maret.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy)
http://bit.ly/2BFHczT
February 18, 2019 at 03:43PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekspor Non-Minyak Anjlok 10%, Indeks Straits Times Malah Naik"
Post a Comment